x

Ilustrasi wanita membaca buku. shutterstock.com

Iklan

MOHAMMAD TAKDIR ILAHI

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Buku dan Peradaban Ilmu

Sebagai pengikat ilmu, buku tidak sekadar mengusung pesan-pesan moral, tetapi juga bisa menginspirasi kita semua agar gemar membaca

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal buku sebagai sumber ilmu pengetahuan. Bila kita hendak belajar sesuatu, maka buku bisa menjadi menu utama di pagi hari guna menikmati mercusuar pengetahuan yang terdapat dalam setiap isi buku. Setiap manusia yang hendak menuntut ilmu, media pembelajaran yang bisa dipakai salah satunya adalah dengan buku.

Bagi saya, buku bukan sekadar sumber informasi, melainkan sumber ilmu yang menjadi pengingat segala resapan pengetahuan yang memotret peristiwa, sejarah, maupun pengalaman seseorang dalam mengarungi kehidupan. Buku bukan hanya penting untuk mengingat sesuatu yang terekam dalam pikiran dan otak kita, tetapi juga berfungsi sebagai pengikat ilmu yang sering dilupakan, bahkan sulit untuk dihafal.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Keterbatasan menghafal dan daya ingat, membuat manusia memikirkan ulang bagaimana membuat ilmu yang sudah diperoleh tetap lestari dan bisa diteruskan ke generasi berikutnya. Maka muncullah ide dan gagasan untuk membuat buku yang berasal dari kertas sebagai media pembuatan lembaran-lembaran yang berserakan. Melalui lembaran-lembaran kertas, manusia mulai melakukan penjilidan untuk mengumpulkan sumber ilmu yang masih terapung agar mudah disatukan dan dipelajari demi kemajuan peradaban manusia.

Saya menilai buku tidak hanya berperan penting dalam menampung sumber ilmu yang masih terpisah-pisah, melainkan juga mempermudah strategi pembelajaran yang sangat terbatas pada media hafalan. Sejak kecil kita mendengar bahwa menuntut ilmu adalah wajib bagi siapa saja dan tidak terbatas usia. Demi menjaga hilangnya ilmu yang kita pelajari mulai sejak usia dini sampai masa tua, maka diperlukan yang namanya sumber pengetahuan agar apa yang kita hafal tetap menempel dalam otak kita masing-masing.

Tidak heran bila kita sering mendengar pribahasa bahwa “Ilmu itu buruan, dan tulisan itu pengikatnya. Maka, ikatlah buruan itu dengan tali yang kuat.” Pribahasa Arab yang saya dengar ketika sekolah dulu mencerminkan betapa pentingnya tulisan. Salah satu media pengetahuan itu adalah buku. Buku tidak hanya memperlihatkan ide dan gagasan yang dibangun oleh penulis dalam mengemukakan kelihaian merangkai kata demi kata, tetapi buku juga menawarkan berita (news), ilmu pengetahuan, keterampilan praktis, dan hiburan.

Sebagai pengikat ilmu, buku tidak sekadar mengusung pesan-pesan moral, tetapi juga bisa menginspirasi kita semua agar gemar membaca setiap hari. Tanpa membaca, mustahil kita bisa memperoleh pengetahuan dengan mudah kecuali bagi orang-orang yang sudah terpilih dan mendapatkan ilmu ladunni. Meski demikian, seyogyanya dalam membaca buku, kita dapat mengikat bacaan-bacaan tersebut dengan tulisan. Tulisan-tulisan yang tertuang dalam buku untuk turut mengembangkan dan menambah wacana keilmuwan yang pernah kita peroleh sebelumnya. Maka, mari kita mengikat ilmu kita dengan menuliskannya dalam buku, sehingga dengan buku kita tidak hanya mencari ilmu pengetahuan, tapi ikut juga menebarkannya.

Bagi saya, buku itu sumber ilmu, sementara membaca sebagai kuncinya. Kunci memahami ilmu tiada lain dengan membaca dengan tekun dan penuh dedikasi. Ketekunan membaca bisa mengantarkan kita pada satu petualangan intelektual yang menakjubkan, karena pikiran kita akan terbang ke mana saja sesuai dengan isi dalam buku. Tanpa harus pergi ke tempat di mana buku itu berbicara, kita dengan mudah menggambarkan apa yang kita baca melalui buku.

Saya sering mengatakan bahwa sebuah buku mampu mengungkapkan sesuatu, menggambarkan seseorang dan menceritakan selaksa peristiwa dalam rangkaian sejarah kehidupan. Buku merupakan mercusuar peradaban yang bisa memberikan banyak pengetahuan, inspirasi, dan pencerahan. Dengan membaca buku, kita bisa menikmati keindahan dunia, melahirkan karya bahkan mengubah peradaban itu sendiri.

Dengan mencermati pentingnya menghargai ilmu, kita semua harus sadar bahwa tanpa peradaban buku kita tidak mungkin bisa menyongsong masa depan bangsa ini ke arah kemajuan yang signifikan. Menghargai ilmu menjadi cerminan akan mahalnya peradaban buku yang telah dibangun sejak masa silam sampai benar-benar berada pada kemajuan teknologi yang mencapai titik kulminasi. Tidak heran bila kita mengenal kemapanan ilmu sebagai konsep operatif dalam kebudayaan dan peradaban Islam-meminjam istilah Ahmad Y. Al-Hasan dan Donal R. Hill (1986), “kita tengah berada pada kebudayaan revolusioner yang menjadi tonggak dalam sejarah peradaban manusia” .

Transformasi ilmu melalui buku semakin memperlihatkan majunya peradaban tanpa keterkungkungan dari sumber pengetahuan yang lain. Saya mencermati nilai penting ilmu bukan hanya didasarkan pada tuntutan dan kewajiban kita dalam menjalankan perintah Tuhan, melainkan menjadi keniscayaan sejarah untuk mengubah wajah peradaban manusia yang sempat kelam diterpa ancaman kehancuran total. Tuntutan untuk melakukan revolusi dalam sejarah peradaban manusia, membuat kita semakin terdesak untuk melestarikan tradisi ilmu melalui buku agar tetap berkibar sepanjang masa.

Demi melestarikan tradisi membaca dan menulis melalui buku, kita tidak perlu terjebak dengan perdebatan antara pengetahuan rasional maupun tradisional. Adakalanya kita melihat kaum rasionalis-empiris ini pun jatuh juga pada “godaan nafsu” untuk menghilangkan jejak pengetahuan tradisional. Mereka kelewat optimis, bahwa ilmu pengetahuan rasional adalah “menjawab” segala hal. Sementara tradisi arkaik kuno dan agama, adalah penghalan dan beban bagi perwujudan eksistensi manusia.

 

Oleh. Mohammad Takdir Ilahi

 

Ikuti tulisan menarik MOHAMMAD TAKDIR ILAHI lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler