x

Romo Aloysius Martoyo Wiyono Pr. memimpin misa Minggu Palma yang diawali dengan perarakan di wilayah lor Senowo, Paroki Santa Maria Lourdes, Magelang, Jawa Tengah, 20 Maret 2016. Ratusan umat Katholik mengikuti dengan khidmat jalannya misa Minggu Pal

Iklan

Pakde Djoko

Seni Budaya, ruang baca, Essay, buku
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Umat Katolik Titip Pesan untuk Irena Handono

Dalam ajaran Kitab suci agama apapun pasti diajarkan untuk tidak bersaksi dusta.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Belakangan ini sosok Irena Handono menjadi pembicaraan hangat. Kehangatan beritanya karena banyaknya cerita yang berkembang bahwa sebagai ahli Kristologi, Sang ”mantan biarawati” ini selalu meninggalkan jejak tidak enak kepada agama yang sebelumnya dia peluk. Irena sang mualaf yang begitu menggebu menelanjangi keburukan agama Kristus. Dalam setiap kotbahnya selalu membuka kelemahan-kelemahan  pengikut kristus seakan-akan ia telah menyesal sempat memeluk agama tersebut. Mengapa muncul kebencian amat dalam di hati Irena Handono. Apakah ada yang membuat jiwanya terguncang dan kesadaran imannya menjadi sensitif sehingga ia perlu mentahbiskan dirinya menjadi kristolog, yang mengupas tuntas kelemahan kristiani.

Irena mengaku seorang mantan biarawati, tapi setelah menelusuri jejak sejarah Irena ternyata Irena belumlah bisa disebut biarawati. Ia baru saja mengenal lingkungan biarawati(ursulin). Ordo sebutlah begitu untuk menyebut  konggregasi biarawan-biarawati yang menyatakan diri hidup selibat, tidak menikah dan bersumpah untuk hidup membiara, mengucapkan kaul kemiskinan dan mengabdi sebagai rohaniwan rohaniwati yang mempunyai misi religius. Mereka bergerak di bidang sosial, pendidikan, kesehatan, penyebaran agama.

Irena baru melangkah untuk mengikuti pola kehidupan kaum biarawati. Setelah tahun orientasi yang dikenal  istilah postulat. Tahab-tahab postulat jika bisa dilalui lalu memasuki masa novisiat sehabis itu baru diambil janji kaul kekal. Seorang  calon suster yang baru dalam tahap postulat belumlah mendalami ilmu kristologi, baru tahab mengenal apa itu ordo, pengetahuan tentang misi dan visi dan pengenalan tata cara hidup membiara. Belum lama mengikuti tahab postulat Irena sudah keluar karena masalah kesehatan, setelah keluar ia mengenal calon pastor yang keluar dan pacaran kemudian menikah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saya tidak akan membahas terlalu jauh sejarah Irena, yang penulis bahas adalah mengapa sekarang Irena gencar menjelek-jelekkan agama lain ketika  ceramah?. Jika ia mengenal baik misi biara, atau orang yang mengikuti kehidupan selibat tentu tak ada perkataan yang berusaha mengolok-olok atau menjelek-jelekkan agama lain. Belum pernah dalam saya mendengar dalam kotbahnya seorang pastor menjelek-jelekkan agama lain, malah kadang pastor akan mengritik tajam perilaku umatnya sendiri atau berusaha melakukan otokritik terhadap kehidupan iman jemaatnya. Teladan Kristus adalah mewartakan cinta kasih. Jika Kamu ditampar pipi kirimu berikanlah pipi kananmu.

Misi agama Kristiani adalah meneladan hidup Kristus yang penuh dengan kesederhanaan. Irena Handono pernah berbaju kristiani, tentu pernah merasakan kehidupan Kristiani. Boleh saja sih mengritik ajaran-ajaran Kristiani tetapi jika dalam ceramah-ceramahnya ada ujaran-ujaran kebencian yang sengaja ditujukan kepada umat kristiani, lalu apa salah umat Kristiani. Sebagai sesama umat dari agama yang berasal dari sejarah yang hampir mirip tidak elok jika saling menjelekkan. Tetapi sebagai umat Kristiani, apa yang dilakukan oleh Irena hanyalah buih-buih kecil, hanyalah debu-debu yang kadang membuat mata perih tetapi tidak akan sampai membuat munculnya dendam karena ulah bekas calon biarawati. Malah Kami akan berdoa semoga Irena Handono semakin yakin terhadap imannya, belajar mengambil inti terdalam dari ajaran agama Allah.

Jika ia meyakini jalan terbaiknya tentu tidak akan terbersit dalam hatinya untuk melontarkan ujaran-ujaran kebencian. Tanyakan saja pada kyai yang sudah mendalam ilmu agamanya, semakin mendalam ia mengenal agamanya tentu akan semakin bijak dalam berbicara dan memberi pelajaran hidup pada santri dan nahdliyinnya. Agama itu intinya adalah memberi pengajaran dan pelajaran moral. Teladan yang baik diajarkan karena mereka meyakini ajaran ajaran kebaikan itu berasal dari Tuhan yang sama Allah yang sama. Ibaratnya manusia hanya memakai baju yang berbeda, adat, cara yang berbeda dalam berdoa. Tujuan  umat Kristiani dan Muslim itu sama yaitu menyembah satu Tuhan Allah. Umat Kristiani meyakini dengan kekuasaan Allah  Ia bisa melakukan apa saja.Alaah sebagai TrinitasTuhan yang bisa menjadi apa saja termasuk menjadi manusia. Keyakinan Kristiani itu adalah hak mutlak keimanan kristiani. Dan Agama lain pasti juga punya keyakinan mutlak mengapa ia taat pada ajarannya.

Kasus Irena adalah bahwa sebagai manusia, seorang yang kebetulan mengabdikan diri sebagai  penceramah Ustadzah, pengajar agama bisa saja salah, bisa saja berbohong dan bisa saja melakukan dosa. Apabila dalam setiap ceramahnya ada suasana dendam kesumat dan sinis terhadap baju lama yang pernah dikenakannya itu hak dia. Saya, penulis yang kebetulan Katolik hanya bisa berdoa untuk Irena. Terima kasih telah memberi kritikan tajam terhadap cara, perilaku dan ajaran-ajaran kristiani. Tetapi apapun isi ceramah Irena tidak akan menyurutkan langkah untuk tetap yakin terhadap ajaran Kristiani. Jika kami diludahi biarlah menjadi urusan dia dengan yang maha Pencipta. Saya yakin Tuhan tidak mengajarkan manusia untuk meludahi dan menghina orang lain. Allah itu Maha kasih, Maha damai. Kebencian itu adalah sifat manusia bukan ajaran Tuhan.

Dalam ajaran kitab suci agama apapun pasti diajarkan untuk tidak bersaksi dusta. Kejujuran, kesetiaan, cinta kasih itu pasti menjadi salah satu inti ajaran umat beriman. Jika Irena Handono bersaksi dengan sumpah atas nama kitab sucinya apakah ia berani tidak jujur dan bersumpah palsu untuk tuduhan-tuduhan yang menurut orang "kata...katanya...". Apakah Irena pernah menanyakan langsung ke penduduk di kepulauan Seribu apakah mereka tersinggung dengan perkataan Ahok. Ibu Irena bertanyalah kepada hati nurani anda bukan oleh pengaruh politik dan bukan hanya masalah ideologi yang dipaksakan untuk diikuti.

Mari jangan campuradukkan kehidupan agama dengan politik. Ibu Irena pernah membaca sejarah kelam gereja ketika gereja begitu masuk ke dalam, mencampuradukkan urusan agama dan politik, yang ditemui hanyalah masa kegelapan dan kehancuran. Gereja Katolik Roma telah menyadari bahwa tidak berguna mencampur adukkan antara urusan agama dan pemerintahan(politik). Agama itu adalah memberi  rasa damai, memberi pencerahan jika manusia melakukan penyimpangan, memberi penerangan jika manusia hidup dalam kegelapan. Saya yakin Islam adalah agama damai jika anda meyakini ajaran agama anda tentu seharusnya anda menyampaikan pesan damai kepada jemaah anda bukan malah menebarkan kebencian. Salam Damai.

Ikuti tulisan menarik Pakde Djoko lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler