x

Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut 2 Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok memberikan keterangan di Rumah Lembang, Menteng, Jakarta, 5 Januari 2017. TEMPO/Larissa

Iklan

Parliza Hendrawan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Terusik Ketika Ahok Murka (Lagi)

Calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok kembali menunjukkan keberaniannya berbicara lantang. kali ini dihadapan seorang ulama besar

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok kembali menunjukkan keberaniannya berbicara lantang. Kebiasaan tersebut kerap ia lakukan manakala melihat ketidakberesan yang dilakukan staffnya. Siapapun bisa melihatnya melalui tayangan media masa dan youtube.Tentu hal itu dilakukannya ketika ia berstatus gubernur aktif. Lain cerita ketika aksi itu ia pertontonkan di sidang pengadilan dan yang menjadi ‘lawannya’ adalah ulama besar.

Ada sejumlah kemungkinan bisa terjadi bila seseorang berani berbicara lantang disertai dengan gerak tubuh yang macam-macam: pertama seseorang itu memang merasa paling benar sehingga sangat percaya diri melemparkan argumen serta segenap bahasa tubuh yang dimiliki. Kedua bisa jadi prilaku seperti itu untuk menutupi aib yang ada sehingga seolah-olah bahwa saya yang paling benar di muka bumi ini yang lain salah. Kemungkinan berikutnya ada yang salah dalam diri seseorang sehingga ia tidak bisa mengendalikan emosi. Saya tidak dapat memastikan Ahok masuk Kriteria yang mana.

Dari pemberitaan sejumlah media terkait dengan sidang perkara penistaan agama dengan Ahok sendiri  sebagai terdakwa, Ahok tidak hanya menatap tetapi terkesan menghardik, menghakimi seorang ulama besar KH Ketua Majelis Ulama Indonesia Ma'ruf Amin yang juga Rais Aam PB NU. Mungkin apa yang dilakukan Ahok dibenarkan secara hukum karena ia sedang mencari keadilan di hadapan majelis hakim. Sehingga apapun bisa dilakukan untuk menunjukkan lawannya salah secara hukum. Tetapi mungkin Ahok dan tim penasehatnya hukumnya lupa bahwa sebagian besar rakyat di republik ini masih memegang teguh etika, norma susila dan tentunya nilai-nilai agama.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sehingga wajar jika banyak kalangan utamanya para alim ulama, kiyai, santri, warga Nahdatul Ulama (NU) terusik dengan sikap tersebut. Sayapun ikut terusik dengan sikap Ahok seperti itu. Sehingga yang selama ini tidak pernah ingin mengomentari segala perkara terkait dugaan penistaan agama, akhirnya tangan ini gatal juga untuk menulis.

Saya terlahir dan besar dari luar warga NU tetapi rasanya sangat wajar ketika saya ikut geram. Ketua MUI itu merupakan juga representasi dari Islam dan NU. Bukan semata karena KH. Ma'ruf Amin sebagai seorang ulama dan satu keyakinan akan tetapi saya lebih menyorotinya sebagai prilaku orang yang lebih muda terhadap yang lebih tua. Saya pikir ada prilaku yang tidak pas yang telah disampaikannya. Janji Ahok yang baca di media masa untuk lebih santun belum terbukti pada praktiknya. Apalagi sosok Ahok merupakan seorang pemimpin secara politis dengan memiliki banyak pengikut. Mungkin dia juga ditokohkan oleh sejumlah orang. Sedikit banyak sikap sehari-hari akan dicontoh oleh pengikutnya.

Sudah seharusnya kita tetap mengedepankan kesopan-santunan dimanapun dan serta dalam perkara apapun. Meskipun demikian saya berharap perkara ini tidak akan melebar kemana-mana karena sejatinya masih banyak hal yang lebih penting dari sekedar Ahok dan Prilakunya. (pharliza@gmail.com)

Berikut ini sebagian berita yang dikutip dari Tempo.co: Soal Dugaan Saksi Palsu, Ahok Diminta Tak Tuntut Ma'ruf Amin :

Ahok juga menyampaikan keberatannya terkait dengan pemilihan Ma'ruf dan Rizieq sebagai saksi dalam sidang kasusnya. Sebab, keduanya jelas memiliki ketidaksukaan kepadanya, sehingga keterangannya dianggap tidak obyektif.

Ahok juga tampak emosi saat Ma'ruf sempat tidak mengaku pernah bertemu dengan Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni pada 7 Oktober 2016 atau sesudah kejadian dugaan penistaan agama terjadi. Hal itu dinilai Ahok menambah alasan bahwa Ma'ruf tak layak menjadi saksi karena ada kecenderungan mendukung pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI tersebut.

Ahok kemudian menyatakan akan melanjutkan hal ini ke proses hukum. Ahok ingin membuktikan tim kuasa hukumnya memiliki bukti kuat Ma'ruf memiliki hubungan dengan pasangan calon nomor urut satu itu. "Dan saya berterima kasih, Saudara saksi ngotot di depan hakim bahwa saksi tidak berbohong. Kami akan proses saksi secara hukum," ujar Ahok dalam persidangan.

Ikuti tulisan menarik Parliza Hendrawan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu