x

Iklan

Mohamad Cholid

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

#SeninCoaching: Anda Siap Mengendarai Waktu?

“There is only one time that is important – NOW! It is the most important time because it is the only time that we have any power,” kata Leo Tolstoy.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Leadership Growth: Now is Your Defining Moment

 

Mohamad Cholid

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Practicing Certified Business and Executive Coach

---------------------

Remember, now, be here now

As it's not like it was before.

….

….

A mind, that wants to wander,

'Round a corner,

Is an un-wise mind…

(George Harrison, Be Here Now, 1973)

 

Be Present Matters: Baru saja bangsa Indonesia memperingati hari kemerdekaan 17 Agustus dan pekan silam kaum Muslimin merayakan Idul Adha, atas dasar taqwa kepada Tuhan memotong hewan korban sebagai simbol melepaskan ego, meninggalkan kebakhilan, melepaskan diri dari kesempitan pandangan.

Sekarang, kita pertanyakan diri kita, apakah sudah merasa benar-benar menjadi orang yang merdeka? Utamanya merdeka untuk mengendalikan pikiran dan hati, bebas dapat melakukan action untuk hal-hal yang sangat penting untuk diri sendiri, tim, dan organisasi? Apakah sudah mampu melepaskan diri dari dekapan urusan-urusan urgent yang membius dan melupakan tujuan bersama yang sangat lebih penting?

Para eksekutif dan leaders di organisasi-organisasi bisnis dan non-binis sampai hari ini masih ada yang belum dapat membedakan antara activity dan achievement. Mereka hanyut dalam doing, doing, doing …. hingga melupakan thinking time.

Anda bisa bayangkan, bagaimana organisasi akan berkembang dengan sistematis dan terukur kalau para eksekutif dan leaders-nya selalu mengaku sibuk dan tidak punya waktu untuk berpikir strategis dan bertindak efektif?

Time management? Mestinya Anda setuju, sesungguhnya tidak ada yang disebut time management, yang ada dan lebih utama adalah self management.

Waktu sesungguhnya netral. Tergantung kemauan kita untuk dapat mengendarainya dengan baik. Atau, apakah kita selalu merasa bahwa waktu akan memiliki kesabaran luar biasa menghadapi kelakuan-kelakuan kita, sehingga kita merasa berhak procrastination, menunda hal-hal sangat penting bagi tujuan-tujuan yang lebih utama membangun kehidupan pribadi, profesi, dan karir, serta organisasi yang kita kelola?

Waktu memang bersifat netral, sekaligus relatif – tergantung pada respon kita. Jika kita sembrono memperlakukan waktu, tidak selalu menyadari kemana waktu bergerak, dia bisa berubah menjadi mahluk asing menerkam kita dari belakang dan menghujani penyesalan. Berapa kali Anda mengalami hal itu tahun ini?

Mari kita evaluasi bersama, berapa jam Anda habiskan tiap minggu untuk rapat-rapat yang tidak fokus, lebih 50% waktu untuk membahas masa lalu (past performance) plus hal-hal lain di luar konteks, tanpa eksekusi untuk action yang konkret menuju achievement?

Berapa jam sehari Anda hanyut di media sosial, di depan televisi, dan kegiatan-kegiatan lain yang tidak berkaitan langsung dengan perbaikan kesehatan, kehidupan keluarga, karir Anda, dan kepentingan perusahaan yang Anda kelola?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut bagi sebagian orang, utamanya golongan yang senang hanyut dalam ilusi, mungkin tidak menyenangkan, membuat tidak nyaman.

Ini soal pilihan hidup. Bagi golongan yang berkeinginan tumbuh dan berkembang,  agar dapat merdeka dari ilusi waktu, selalu relevan untuk menerapkan kata-kata guru manajemen termashur Peter F. Drucker, to be effective knows where time goes.

Langkah pertama, sebagai bukti bahwa kita menjalani hidup dengan cara baik, bukan sambilan, adalah being present, pikiran, hati, dan diri ini hadir setiap moment. “A mind, that wants to wander, 'Round a corner, Is an un-wise mind,” kata George Harrison dalam Be Here Now.

Sebagai eksekutif dan pemimpin, Anda tentu selayaknya menerapkan prinsip-prinsip wise mind, kan? Kalau pikiran dan konsentrasi Anda terpecah-pecah oleh setiap godaan proyek, banyak tersedot mengurusi yang urgent tapi tidak important, Anda dapat kehabisan energi untuk mendorong perubahan dan business improvement agar meraih hasil lebih baik.

Memimpin langkah-langkah perbaikan organisasi untuk memperoleh hasil lebih hebat dari level pencapaian saat ini, saat memulainya memang sangat memerlukan energi besar, seperti energi mesin untuk meluncurkan roket.

Energi tersebut dapat dibangun antara lain dengan mengizinkan diri sendiri memasuki wilayah thinking time. Selama ini, sudah sejauh mana Anda memberikan izin kepada diri sendiri untuk itu? Berapa jam dalam satu minggu kita merenungkan konteks keberadaan diri kita di Alam Raya ini? Apa fungsi kehadiran kita di dalam organisasi? Apa kontribusi kita untuk stakeholders kita?

Memasuki wilayah pemikiran semacam itu merupakan pembiasaan agar dapat menyadari diri hadir di setiap moment kegiatan. Kalau kualitas kesadaran Anda saat ini menentukan masa depan Anda, lantas apa yang menentukan kesadaran itu?

Your degree of presence,” kata Eckhart Tolle dalam The Power of Now (2004, buku ini sudah terjual lebih dari dua juta jilid dan diterjemahkan ke 30 bahasa). “So, the only place where true change can occur and where the past can be dissolved is the Now.”

Transformasi operating system setiap organisasi dimulai dari para leaders-nya yang sanggup mengelola diri untuk selalu hadir di setiap moment. Satu dari sejumlah keuntungan dari be present adalah, kita dapat lebih  menghargai ciptaan Tuhan yang ada di sekitar kita, tanpa prasangka dan stigma masa lalu, apa adanya. Karena prasangka dan stigma itu hanya ilusi yang dapat memenjarakan pikiran orang. Merdeka dari penjara pikiran dan perilaku tidak efektif, tentunya sangat mulia.

“There is only one time that is important – NOW! It is the most important time because it is the only time that we have any power,” kata Leo Tolstoy.

Tantangan berat para eksekutif dan leaders hari-hari ini adalah bagaimana menentukan langkah jitu mengembangkan tim agar menjadi lebih efektif di tengah dinamika perubahan yang demikian cepat, sementara resources terbatas, utamanya waktu. Selalu menjaga being in the now dan fully engaged sangat membantu proses tersebut.

Kedua hal tersebut merupakan sebagian dari proses pembelajaran yang kami kembangkan dalam program Marshall Goldsmith Stakeholder Centered Coaching (MGSCC), membantu para leaders menjadi lebih efektif. Dan agar mereka berpikiran merdeka dari beban-beban yang tidak perlu, seperti judgmental, ingin selalu paling smart di dunia, etc – total ada 20 habits yang menghambat eksekutif maju ke next stage dalam kehidupan (Marshall Goldsmith: What Got You Here, Won’t Get You There).

Menapak ke level self-mastery mampu mengatasai 20 habits yang kontraproduktif tersebut menjadi kebutuhan bagi para eksekutif dan leaders yang bersungguh-sungguh mau membangun kehidupan menjadi lebih baik. Bagi dirinya dan para stakeholders, termasuk keluarga. Saat terbaik untuk memulainya adalah sekarang.

 

Mohamad Cholid  adalah Head Coach di Next Stage Consulting

n  Certified Executive Coach at Marshall Goldsmith Stakeholder Centered Coaching

n  Certified Marshall Goldsmith Global Leader of the Future Assessment

Alumnus The International Academy for Leadership, Jerman

(http://id.linkedin.com/in/mohamad-cholid-694b1528)

(www.nextstageconsulting.co.id)  

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Mohamad Cholid lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu