x

Iklan

SADARUDIN BAKRIE

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Masyarakat Theokrasi, Meritokrasi, Aristokrasi dan Plutokrasi

THEOKRASI, seseorang oleh masyarakatnya, dikatakan berhasil dalam hidupnya, punya kehormatan dalam hidupnya juga derajad dan kemulyaan hidupnya sangat tinggi jika seseorang itu tunduk, patuh dan taqwa kepada Tuhannya, punya dedikasi dan kepedulian kepada

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dalam masyarakat  THEOKRASI, seseorang oleh masyarakatnya, dikatakan berhasil dalam hidupnya, punya kehormatan dalam hidupnya juga derajad dan kemulyaan hidupnya sangat tinggi jika seseorang itu tunduk, patuh dan taqwa kepada Tuhannya, punya dedikasi dan kepedulian kepada lingkungan sekitar di masyarakatnya. Walaupun hidupnya sederhana, bukan orang kaya, bahkan miskin sekalipun.  Intinya   suatu mesyarakat mempunyai keyakinan bahwa nilai-nilai keberhasilan hidup, kehormatan hidup, derajad dan kemulyaan hidup ditentukan oleh Ketaqwaan kepada Tuhannya dan dedikasih serta ketulusan dan kepedulian kepada masyarakat dan lingkungannya. 

Masyarakat MERITOKRASI adalah masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai dedikasi/pengabdian, prestasi, profesioanalisme, kepedulian pada lingkungan. Dalam suatu masyarakat meritokrasi, seseorang dikatakan berhasil dalam hidupnya, punya kehormatan tinggi di lingkungan masyarakatnya, juga punya derajat dan kemulyaan dalam hidupnya, jika seseorang itu punya kemampuan,  kompetensi dan profesionalisme yang didukung oleh penghormatan terhadap nilai- nilai kejujuran dan prestasi dalam mengerjakan pekerjaan sesuai dengan bidang dan profesinya meskipun hidupnya sederhana dan tidak kaya, tak peduli itu profesi tukang angkut sampah dan tukang sapu jalanan asal dikerjakan dengan penuh pengabdian, ketulusan maka setiap orang akan menganggapnya sebagai orang yang berhasil dalam hidupnya dan punya kehormatan di masyarakatnya. Dalam masysrakat Meritokrasi orang seperti ini kehidupannya cukup sejahtera meski tidak kaya raya. Masyarakat Meritokrasi banyak kita temui di negara-negara Uni Eropa, AS dan Negara2 OECD lainnya. 

Masyarakat ARISTOKRASI/FEODALISTIS adalah masyarakat yang merujuk kepada asal usul kakek moyang, Artinya kehormatan hidup, derajad dan kemulyaan hidup ditentukan oleh siapa kedua orang tuanya, ini adalah potret masyarakat abad pertengahan jauh sebelum pronsip-prinsip demokrasi diperkenalkan dan menyebar ke segala penjuru global suatu masyarakat yang dipimpin oleh sistem monarki absolut

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dan yang terakhir adalah masyarakat PLUTOKRASI atau juga dikenal dengan sebutan masyarakat KLEPTOKRASI,  yaitu suatu masyarakat yang menjadi hamba materi, harta dan uang, dimana kemuliaan dan keberhasilan hidup, martabat dan kehormatan hidup,  diukur dan didefinisikan oleh seberapa banyak kekayaan yang berhasil diraup dan diperoleh dengan tak mempedulikan bagaimana proses memperolehnya. Dengan cara2 halalkah? atau dengan menghalalkan segala cara?,

Semua orang berlomba-lomba mendapatkan kekayaan , karena dengan kekayaan itulah derajad kemulyaan dan kehormatan hidup ditengah masyarakat bisa diperoleh, Toh masyarakat tak peduli, kalo kekayaan yang diperoleh dari hasil korupsi, menipu, merampas hak orang lain. Inilah yang memotivasi orang jadi kleptokrat, korup dan menghalakan segala cara untuk memperoleh sesuatu, bahkan orang tua rela menggadaikan tanahnya untuk menyuap aparat agar anaknya jadi PNS, Tentara, Polisi, Jaksa, Hakim, bahkan jadi guru dan dosen, Tujuannya bukan untuk mengabdi tapi jadi orang yang dianggap berhasil dalam hidupnya. punya kemulyaan dan derajad dalam hidup ditengah-tengah masyarakatnya.  Itulah potret masyarakat  yang mengukur keberhasilan hidup, kehormatan hidup, dan kemulyaan hidup dari berapa banyak harta yang diperolehnya, meskipun otaknya Idiot.

Itulah penyebab utama mengapa kita ketinggalan jauh dari Malaysia, Singapura, Korea Selatan Iran dan India, Mereka bisa maju pesat karena masyarakat mereka sangat menghormati nilai2 pengabdian, prestasi dan kehormatan profesi, tak peduli profesi apapun, bahkan tukang sapu jalan dan tukang sampah sekalipun, asal dijalankan dengan penuh dedikasih, mereka tak peduli dengan kekayaan tapi mereka sangat peduli dengan pengabdian, kejujuran dan prestasi, meski orang itu miskin, tapi derajat dan kehormatan hidupnya sangat tinggi dibanding yang kaya raya tapi dari mencoleng. 

Sadarudin. Pengamat Politik Amatiran

Ikuti tulisan menarik SADARUDIN BAKRIE lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler