Masuknya Partai Gerindra ke kabinet Indonesia Maju membuat koalisi pendukung pemerintah semakin gemuk. Kini Presiden Joko Widodo melibatkan delapan partai politik dalam kabinet, yakni PDIP, Golkar, Gerindra, NasDem, PKB, PPP, Perindo, dan PSI.
Sebetulnya masih ada dua partai yang selama ini menyokong Jokowi,yakni Hanura dan PKPI. Tapi sejauh ini kedua partai yang gagal masuk parlemen tersebut tidak kebagian kursi menteri maupun wakil menteri.
Gemuknya koalisi itu sebetulnya berpotensi menciptakan stabilitas pemerintahan. Tapi tujuan mulia ini bisa saja tidak tercapai bila terjadi friksi di kalangan anggota koalisi. Tanda-tanda itu kini mulai muncul.
Ketua Umum Nasdem Surya Paloh tiba-tiba bertemu dengan Presiden Partai Keadilan Sejahtera pada akhir Oktober lalu. Seusai pertemuan, Paloh menyatakan membuka kemungkinan untuk jadi penyeimbang pemerintah seperti halnya PKS. Ia juga berencana bertemu dengan Partai Amanat Nasional dan Demokrat.
Persiapan Laga 2024?
Partai Nasdem selama ini mempunyai posisi cukup dominan dalam kabinet Jokowi. Posisi ini bisa tergerus setelah Gerindra masuk. Nasdem tampaknya juga kecewa karena tidak mendapatkan lagi kursi Jaksa Agung pada periode sekarang.
Langkah politik Nasdem sebetulnya sudah bisa dibaca jauh sebelum pembentukan kabinet. Hubungan Surya Paloh yang agak renggang dengan Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri menyebabkan partai ini tampak kurang nyaman di koalisi Jokowi. Apalagi, kemudian muncul faktor Prabowo.
Kita masih ingat, Surya Paloh pernah mengadakan pertemuan dengan Gubernur DKI Anies Baswedan di kantor Nasdem pada 24 Juli lalu. Seusai pertemuan, Paloh menyatakan bahwa Anies berpotensi untuk menjadi calon presiden 2024.
Manuver Paloh cukup menarik karena Nasdem bukanlah pendukung Anies pada pilkada DKI 2017. Anies saat itu disokong oleh Gerindra dan PKS . Adapun Nasdem bersama PDIP menyokong Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Nah, ketika Paloh bertemu dengan Anies, pada hari yang sama juga terjadi pertemuan penting yang lain, yakni Prabowo dan Megawati. Ketua Umum Gerindra itu mendatangi rumah Megawati di Jl Teuku Umar, Jakarta. Pertemuan itu tampak cair dan akrab. Prabowo disuguhi nasi goreng dan bakwan bikinan Megawati.
Dua pertemuan itu sebetulnya saling berkaitan. Surya Paloh tampaknya berupaya mengimbangi merapatnya Prabowo ke kubu Megawati.
Merepotkan Jokowi
Pertarungan kubu Nasdem dan partai-partai yang akan digandengnya menghadapi kubu Mega-Prabowo jelas akan mempengaruhi konstelasi partai-partai koalisi penyokong Jokowi. Kinerja kabinet pun bisa terganggu lantaran Nasdem menempatkan sejumlah tokohnya dalam kabinet.
Jangan heran jika kalangan politikus PDIP mengingatkan agar Nasdem tidak bermain dua kaki: berada di pemerintah, tapi juga berupaya kritis terhadap pemerintah.
Hanya, konstelasi politik itu bisa saja berubah setiap saat tergantung banyak faktor, terutama sikap Jokowi dan Megawati. Bila Presiden Jokowi mampu meredakan friksi itu tentu tidak berpengaruh buruk terhadap kabinet. Jika hubungan Surya Paloh dan Megawati membaik, situasi politik tentu berubah pula, apalagi pemilu 2024 masih jauh. ***
Baca juga:
Manuver Aneh Surya Paloh: Faktor Megawati dan Prabowo yang Bikin Gerah?
Ikuti tulisan menarik Anung Suharyono lainnya di sini.