x

Ilustrasi Nasionalisme (foto: Muhammad Raihan Aditama untuk Indonesiana.id)

Iklan

Muhammad Raihan Aditama

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 Maret 2020

Senin, 30 Maret 2020 06:22 WIB

Nasionalisme Harus dengan Aksi Nyata


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Nasionalisme sudah bukan menjadi hal yang asing bagi sebagian besar orang. Sejak di tingkat pendidikan terendah, nasionalisme sudah mulai ditanamkan pada diri anak-anak. Di mana-mana, sering juga kita mendengar orasi-orasi nasionalisme, gambar-gambar bertema nasionalisme, dan banyak lagi media lainnya yang menyuarakan nasionalisme. Mulai dari elit tertinggi negara hingga orang-orang sudra tidak dilarang, bahkan dianjurkan untuk menyuarakan nasionalisme. Maka tak heran jika pesan untuk menumbuhkan semangat nasionalisme sudah menjadi makanan sehari-hari bangsa kita.

Sebelum membahas tentang nasionalisme lebih lanjut, tentunya kita harus paham terlebih dahulu apa sebenarnya arti dari nasionalisme itu sendiri. Menurut Ernest Renan, yang disebut dengan nasionalisme adalah keinginan untuk bersatu dan bernegara. Dalam hal ini, nasionalisme adalah sebuah keinginan besar untuk mewujudkan persatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sedangkan menurut Otto Bauar, nasionalisme adalah suatu sikap persatuan karena adanya perasaan senasib. Pendapatnya memiliki makna bahwa rasa nasionalisme adalah rasa senasib dan sepenanggungan. Berbeda lagi dengan Hans Kohn, seorang filsuf dan sejarawan Amerika yang mempelopori studi akademis tentang nasionalisme serta dianggap “ahli teori nasionalisme yang berpengaruh.” Menurut dia nasionalisme adalah sebuah kesadaran jika sebuah masyarakat adalah satu kesatuan. Kesadaran inilah yang dapat memperkokoh pilar-pilar sebuah bangsa. Jika kesadaran ini kuat, negara akan menjadi kuat, begitupun sebaliknya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Melihat dari pendapat para ahli di atas, dapat kita simpulkan bahwa pengertian nasionalisme adalah paham kebangsaan dari masyarakat suatu negara yang memiliki kesadaran dan semangat cinta tanah air dan bangsa yang ditunjukkan melalui sikap dan tingkah laku individu.

Berbicara nasionalisme, tidak bisa melupakan sejarah perjuangan berdirinya bangsa Indonesia. Dahulu, para leluhur kita berjuang hanya demi satu tujuan yaitu kemerdekaan indonesia. Tak ada lagi perbedaan agama, suku, ras, golongan, yang ada hanyalah satu kesatuan demi Indonesia merdeka.

Bahkan, etnis Tionghoa dan Arab pun memiliki peran penting dalam perumusan Pancasila. Salah satu etnis Tionghoa yaitu Liem Koen Hian. Ia adalah seorang wartawan sekaligus mendirikan Partai Tionghoa Indonesia. Dalam sidang BPUPKI dahulu, pria kelahiran 1897 ini menuntut persamaan hak dan kewajiban agar orang Tionghoa yang lahir di Indonesia menjadi Indonesier (orang Indonesia).

Waktu itu, terbentuk sekat-sekat orientasi politik pada masyarakat Tionghoa. Ada yang pro-Indonesia, pro-Jepang, dan ada yang pro-Belanda. Sayangnya, Liem pernah dituduh sebagai mata-mata China hingga ditahan. Akhirnya ia pun meninggal sebagai orang asing di tanah air yang pernah diperjuangkannya.

Selain Liem Koen Hian, tokoh penting yang patut kita jadikan rujukan nasionalismenya adalah AR Baswedan. Ia aktif mendukung kemerdekaan indonesia melalui tulisan-tulisannya sejak 1934. Dia pernah mengumpulkan semua keturunan Arab dan menggalang dukungan yang dikenal dengan Sumpah Pemuda Keturunan Arab.

Dalam sidang BPUPKI, AR Baswedan menyampaikan bahwa keturunan Arab juga harus dianggap sebagai bagian dari Indonesia, serta memiliki hak dan kewajiban yang sama, yakni membela Indonesia. Keterlibatan orang Tionghoa dan Arab di BPUPKI tertulis dalam Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945 Djilid Pertama karya Muh. Yamin.

Tokoh-tokoh tersebut menjadi motivasi bahwa kita sebagai masyarakat Indonesia harus memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Bagaimana tidak, orang-orang Tionghoa dan Arab saja memiliki rasa cinta pada Indonesia, tentu kita harus seperti itu juga atau bahkan lebih tinggi. Apalagi sebagai seorang mahasiswa, kita juga harus dapat menularkan semangat nasionalisme yang ada pada diri kita kepada orang-orang di sekitar kita. Sehingga, hal-hal positif itu dapat mengalir pada diri banyak orang.

Tetapi jangan lupa, bahwa semangat nasionalisme tak ada artinya jika hanya di bibir saja. Tentu harus ada aksi nyata yang membuktikan itu. Aksi nyata harus dimulai dari diri kita sendiri, lalu menyebarkannya kepada orang-orang di sekitar kita. Membuktikan nasionalisme bisa dimulai dari hal-hal yang kecil, contohnya ikut menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dengan baik dan benar dalam setiap acara yang kita ikuti. Jangan berfikir bahwa hal kecil yang kita lakukan tidak akan berpengaruh. Intinya adalah bukan dari besar atau kecilnya. Jika semua orang berfikir seperti itu maka yang terjadi orang-orang kita sulit memiliki pola pikir yang lebih baik lagi.

Contoh aksi nyata yang lainnya yaitu mematuhi peraturan di tempat di mana kita berada. Dengan menaati peraturan, maka kita sudah berkontribusi untuk kondusifnya situasi negara. Karena bisa dibayangkan jika setiap peraturan yang ada sudah tidak dihiraukan lagi, maka yang terjadi adalah kekacauan. Hal-hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita lupakan.

Mari kita bersatu bergandeng tangan mewujudkan masyarakat Indonesia yang memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Sebarkan energi-energi positif kepada orang-orang di sekitar, hingga terwujud bangsa Indonesia yang unggul, kreatif, inovatif, takwa, mandiri, dan cendekia.

 

Ikuti tulisan menarik Muhammad Raihan Aditama lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Sengketa?

Oleh: sucahyo adi swasono

1 jam lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB