HOTEL van den GOUVERNEUR-GENERAAL te BATAVIA , Sejarah Paleis te Rijswijk - Istana Negara
Hotel van den GOUVERNEUR-GENERAAL te Batavia
Seperti di negara-negara lain didunia , Indonesia juga memiliki sejumlah Istana Resmi untuk Presiden. Tercatat Indonesia memiliki enam Istana kepresidenan, yaitu 5 yang dididirikan pada jaman Kolonial Hindia Belanda yakni :
- Istana Negara di Jakarta
- Istana Merdeka di Jakarta
- Istana Bogor di Bogor
- Istana Cipanas di Cipanas
- Istana Gedung Agung di Yogyakarta
dan satu dijaman Presiden Soekarno yakni
- Istana Tampaksiring di Bali
Dari ke 5 Istana yang didirikan pada jaman Kolonial, Istana Negara mungkin yang paling unik, baik sejarah berdirinya maupun jejak si pendiri sekaligus pemilik dari bangunan tersebut.
Bangunan ini dibangun pada 1796 (lih A Heuken SJ, Tempat2 Bersejarah di Jakarta, hal 227) oleh seorang bernama Jacob Andries van Braam (van Braam). Tokoh ini lahir di Asia, tepatnya di Chin-Surah (Houghly), Brits-Indië ( Negara India sekarang ) pada 26 Januari 1771 , putra dari Wakil Laksamana Belanda dan Friesland Barat Jacob Pieter van Braam (1737-1803 ). Bergabung dengan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) cabang di sungai Hooghly di pantai Bengal India .
Hotel van den GOUVERNEUR-GENERAAL te Batavia , VOC
Tidak ada catatan sejak tahun berapa van Braam berada di Nederlands-Indische (Hindia Belanda), dengan jabatan resmi sebagai opperkoopman (pedagang senior) pada masa Gubernur Jendral ke 30 Pieter Gerardus van Overstraten (1796 -1799). Di tahun 1796 van Braam memulai membangun rumah pribadi (selesai pada 1804 pada masa Gubernur Jendral Johannes Siberg) di wilayah elite Batavia yang bernama Rijswijk-Molenvliet dengan halaman yang luas hingga meliputi Istana Merdeka sekarang.
Di usia 25 tahun dengan jabatan Opperkoopman van Braam rupanya sangat kaya sehingga dapat membangun rumah kediaman 2 lantai bergaya Indies Empire style. Menurut A Heuken SJ , van Braam dapat mengumpulkan kekayaan ketika itu Hindia Belanda diperintah oleh Herman Willem Daendels pada periode French interregnum 1806–1811. Pada tahun 1808, diangkat sebagai residen (1808–1811) di Kasunanan Surakarta yang ketika itu yang menjadi Raja adalah Pakubuwana IV (1796–1820).
Hotel van den GOUVERNEUR-GENERAAL te Batavia
Hotel van den GOUVERNEUR-GENERAAL te Batavia , A Heuken SJ
Pada periode Hindia dibawah Kerajaan Inggris (British rule ) - British interregnum 1811–1815 , rumah ini menjadi kediaman dari Komisaris Sipil atas Wilayah Pesisir Utara Jawa yakni Hugh Hope , van Braam masih tetap mendiami bagian selatan rumah ini sampai meninggalnya diusia ke 49 tahun pada 12 Mei 1820 .
Hotel van den GOUVERNEUR-GENERAAL te Batavia , Hugh Hope
Tahun 1821, rumah kediaman ini dibeli oleh pemerintahan kolonial Hindia Belanda yang diperuntukan bagi Gubernur Jendral bila ada acara resmi di Batavia. Seperti misalnya pada setiap hari Rabu diadakan rapat dengan Dewan Hindia - Raad van Indië.
Hotel van den GOUVERNEUR-GENERAAL te Batavia , Paleis te Rijswijk
Rumah van Braam dipilih, karena Istana Daendels di Weltevreden belum selesai. Tapi setelah diselesaikan pun pada 1828 , gedung itu hanya dipergunakan untuk kantor pemerintah. Sedangkan untuk untuk kediaman resmi, semenjak tahun 1744 , Gubernur Jendral tetap berada di Istana Buitenzorg ( Bogor ) .
Hotel van den GOUVERNEUR-GENERAAL te Batavia , Istana Daendels
Gubernur Jendral ke 38 Godert Alexander Gerard Philip baron van der Capellen ( 1816–1826 ) adalah Gubernur Jendral pertama yang mendiami Istana ini bila berkunjung ke Batavia.
Hotel van den GOUVERNEUR-GENERAAL te Batavia , Godert Alexander Gerard Philip baron van der Capellen
Pada mulanya bangunan seluas 3.375 m2 berarsitektur gaya Indies Empire style ini bertingkat dua. Tapi pada 1848 bagian atasnya dibongkar; dan bagian depan lantai bawah dibuat lebih besar untuk memberi kesan lebih resmi dan sisi yang menghadap Koningsplein – Lapangan Merdeka dibuat lebih terbuka . Bentuk bangunan hasil perubahan 1848 inilah yang bertahan sampai sekarang tanpa ada perubahan yang berarti.
Status bangunan ini adalah Istana Gubernur Jendral (Paleis te Rijswijk), tetapi secara resmi disebut dengan nama HOTEL van den GOUVERNEUR-GENERAAL. Sengaja tidak memakai istilah Istana Paleis, kemungkinan karena Istana Daendels di Weltevreden yang rencananya akan menjadi istana resmi, sedang dalam masa pembangunan.
Ada beberapa kejadian penting yang terjadi di Paleis te Rijswijk, antaranya menjadi saksi ketika sistem Cultuurstelsel-tanam paksa dicanangkan oleh Gubernur Jenderal ke 40 Graaf van den Bosch. Lalu pada abad ke 20, penandatanganan Persetujuan Linggarjati pada 25 Maret 1947 yang pihak Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir dan pihak Belanda diwakili oleh H.J. van Mook.
Hotel van den GOUVERNEUR-GENERAAL te Batavia , Perjanjian Linggarjati
Setelah dirasakan Paleis te Rijswijk tidak mampu lagi menampung kegiatan yang semakin meningkat. Pada 1869 atas perintah Gubernur Jendral ke 50 Pieter Mijer mulai direncanakan pembangunan istana yang baru. Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal ke 51 James Loudon (1872 -1875) pada Maret 1873 mulailah pembangunan istana baru pada kaveling yang sama.
Istana yang selesai pada Januari 1879 tersebut dinamakan Paleis te Koningsplein atau Istana Gambir yang kemudian dikenal dengan nama Istana Merdeka setelah Indonesia merdeka. Pembangunan istana baru selesaipada masa Gubernur Jendral selanjutnya yaitu J.W. van Lansberge .
Hotel van den GOUVERNEUR-GENERAAL te Batavia , Istana Negara
Bangunan yang semula direncanakan untuk kediaman pribadi “Pedagang Senior VOC“ bernama Jacob Andries van Braam , melewati kurun waktu 1804–1879 dengan 22 Gubernur Jendral yang sempat mendiaminya, dan setelah Istana Merdeka selesai dibangun pada 1879, sempat didiami oleh 15 Gubernur Jendral ditambah 3 Gubernur Tentara Pendudukan Jepang di pulau Jawa. Setelah 138 tahun, akhirnya pada 27 Desember 1949 , warisan sejarah Kolonial ini menjadi Istana Kebangaan kita.
Ikuti tulisan menarik putu tetehasan lainnya di sini.