x

Iklan

Moch Nasiruddin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 7 Mei 2021

Kamis, 30 Desember 2021 12:37 WIB

Dampak Signifikan Adad Terhadap Madud

Urgensitas Gramatika Bahasa Arab

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

بسم الله الرحمن الرحيم

الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

DAMPAK SIGNIFIKAN ‘ADAD TERHADAP MA’DUD

Dalam bahasa apapun, ‘adad atau bilangan pasti memiliki yang namanya ma’dud atau sesuatu yang dibilang, dalam gramatika bahasa Arab adad dapat dibagi menjadi dua, ada yang namanya adad hisabi dan ada yang namanya adad tartibiy. Adad hisabiy adalah adad yang tidak menunjukkan tingkatan dan secara lafadz ia tidak mengikuti wazan فَاعِلٌ contoh خَمْسَةٌ sedangkan adad tartibiy adalah adad yang menunjukkan tingkatan dan secara lafadz ia mengikuti wazan فَاعِلٌ contoh [1]خَامِسٌ/خَامِسَةٌ. Lalu apa dampak signifikan pembagian adad di atas terhadap ma’dudnya?

Dalam pembahasan nahwu ketika membahasa tentang adad khususnya adad tartibiy dan hisabiy lebih menekankan pada aturan-aturan penggunaannya, apakah ia harus menggunakan lafadz yang mudzakkar خَمْسٌ/خَامِسٌ ataukah mu’annats خَمْسَةٌ/خَامِسَةٌ, pembahasan ini memang sangat dibutuhkan karena dalam konteks tertentu cukup menentukan seperti apa nanti murad yang dihasilkan. Seperti pada pembahasan iddah bagi perempuan yang ditalaq oleh suaminya[2] atau pembahasan lainnya.

Akan tetapi di samping pembahasan tentang aturan mudzakkar dan mu’annats pada adad hisabiy dan tartibiy ada pembahasan yang dirasa cukup penting untuk diperhatikan, yakni pengaruh penggunaan adad hisabiy dan tartibiy pada ma’dudnya.

Jika kita perhatikan dengan seksama ada pengaruh yang cukup signifikan antara penggunaan adad hisabiy dan adad tartibiy terhadap ma’dudnya. Ketika adad yang digunakan adalah adad hisabiy maka volume ma’dud yang dihasilkan berbanding lurus dengan bilangan adad yang disebutkan sedangkan ketika adad yang digunakan adalah adad tartibiy maka volume ma’dud yang dihasilkan tidak berbanding lurus dengan bilangan adad yang disebutkan melainkan akan tetap bernilai konstan yakni tetap “satu” meskipun bilangan adadnya berbeda-beda.

Untuk lebih jelasnya mari kita perhatikan contoh berikut

  1. Adad hisabiy. Contoh:
  • ثَلَاثَةُ أَبْوَابٍ artinya: tiga bab
  • خَمْسَةُ أَبْوَابٍ artinya: lima bab
  1. Adad tartibiy. Contoh:
  • الْبَابُ الثَّالِثُ artinya: bab yang ke-tiga
  • الْبَابُ الْخَامِسُ artinya: bab yang ke-lima

Pada contoh ثَلَاثَةُ أَبْوَابٍ dengan menggunakan adad hisabiy, volume atau jumlah dari ma’dud yang dalam contoh ini adalah “bab” adalah berjumlah tiga, kemudian ketika kita mengubah adadnya menjadi lima/خَمْسَةٌ pada contoh di bawahnya secara otomatis ma’dudnya adalah berjumlah lima pula dan begitu seterusnya.

Sedangkan pada contoh الْبَابُ الثَّالِثُ dengan menggunakan adad tartibiy volume atau jumlah dari ma’dud yang dalam contoh ini adalah “bab” adalah berjumlah satu, kemudian ketika kita mengubah adadnya menjadi lima sebagaimana kita praktekkan sebelumnya, ma’dud yang dihasilkan tetaplah sama yakni satu dan begitu seterusnya.

Pembahasan tentang volume ma’dud ini akan semakin jelas urgensitasnya ketika kita sudah masuk ke ranah pembahasan ayat al-Qur’an. Contoh seperti pada surat al-Mujadalah ayat 7:

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَى ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ إِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَا أَدْنَى مِنْ ذَلِكَ وَلَا أَكْثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (المجادلة: 7)

Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dialah keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu”.

Pada ayat ini jelas sekali signifikansi perbedaan volume ma’dud antara adad yang digunakan berupa adad hisabiy dan adad yang digunakan berupa adad tartibiy. Pada lafadz نَجْوَى ثَلَاثَةٍ yang berarti “pembicaraan rahasia antara tiga orang” adalah menggunakan adad hisabiy, sehingga volume ma’dud yang dihasilkan berbanding lurus dengan bilangan adad yang disebutkan, yakni “tiga orang yang berbicara tentang rahasia”. Sedangkan pada lafadz هُوَ رَابِعُهُمْ yang berarti “Dialah ke-empatnya” adalah menggunakan adad tartibiy sehingga volume ma’dud tidak berbanding lurus dengan bilangan adad yang disebutkan atau tetap bernilai konstan yakni satu, yakni Allah yang menjadi pihak ke”empat” di antara mereka tetaplah Satu/Esa.

وَاللهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ

 

 

 

 

 

 

 

 

[1] Lebih lanjut lihat: Dr. Abdul Haris, M. Ag. Teori Dasar Nahwu Sharf; Hal. 150

[2] روائع البيان تفسير آيات الأحكام (1/ 328)

الْحُجَّةُ الْأُوْلَى: إِثْبَاتُ التَّاءِ فِيْ الْعَدَدِ (ثَلَاثَةَ قُرُوْءٍ) وَهُوَ يَدُلُّ عَلَى أَنَّ الْمَعْدُوْدَ مُذَكَّرٌ وَأَنَّ الْمُرَادَ بِهِ الطُّهْرُ، وَلَوْ كَانَ الْمُرَادُ بِهِ الْحَيْضَةُ لَجَاءَ اللَّفْظُ (ثَلَاثُ قُرُوْءٍ) لِأَنَّ الْحَيْضَةَ مُؤَنَّثٌ وَالْعَدَدُ يُذَكَّرُ مَعَ الْمُؤَنَّثِ، وَيُؤَنَّثُ مَعَ الْمُذَكَّرِ كَمَا هُوَ مَعْلُوْمٌ.

Ikuti tulisan menarik Moch Nasiruddin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu