x

ilustr: Medical News Today

Iklan

Anita Lie

Guru Besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unika Widya Mandala Surabaya
Bergabung Sejak: 9 November 2021

Senin, 28 Maret 2022 19:15 WIB

Janji Keunggulan Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar (Bagian 1)

Banyak sekali tantangan besar abad ini: pemanasan global, kecerdasan buatan, robotik dan humanoid, migrasi masif, eksplorasi ruang angkasa, dan realita maya metaverse. Semua itu menuntut kecerdasan kolektif, imajinasi, dan visi umat manusia untuk membangun peradaban yang berkeadilan sosial dan menghargai alam semesta. Umat manusia membutuhkan penerjemahan ulang tujuan pendidikan, karena itu merupakan sistem paling strategis mengantisipasi masa depan. Siapkah Kurikulum Merdeka kita?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh: Anita Lie, Guru Besar FKIP  Unika Widya Mandala Surabaya

The Future of Education (OECD, 2021) dan Reimagining Our Futures Together: A New Social Contract for Education (UNESCO, 2021) mengemukakan ketidak-menentuan masa depan, termasuk berbagai ancaman dan peluang serta mengingatkan urgensi untuk mengubah arah peradaban manusia melalui pendidikan.  Berbagai tantangan besar abad ini seperti pemanasan global, kecerdasan buatan, robotik dan humanoid, migrasi masif, eksplorasi ruang angkasa, dan realita maya seperti yang diusung metaverse menuntut kecerdasan kolektif, imajinasi, dan visi umat manusia untuk membangun peradaban yang berkeadilan sosial dan menghargai alam semesta. Ketegangan antara tuntutan pertumbuhan ekonomi dan keterbatasan sumber-sumber daya, antara ekonomi finansial dan keadilan sosial, antara produk domestik bruto dan kesejahteraan manusia, antara teknologi dan kebutuhan sosial, serta antara pemerintahan dan golongan yang merasa terabaikan membutuhkan penerjemahan ulang tujuan pendidikan.

Pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai keutamaan manusia berperan penting dalam pembangunan sosial dan ekonomi. Pemerataan akses pengetahuan dan kekayaan terkait erat dengan pemerataan kesempatan pendidikan bermutu bagi semua warga masyarakat. Pendidikan merupakan sistem paling strategis untuk mengantisipasi dan menyiapkan masa depan. Proses pendidikan para pelajar di lembaga-lembaga pendidikan akan membentuk aspirasi dan menentukan kontribusi mereka bagi masyarakat di masa mendatang. Dalam kerangka teori jejaring aktor (Actor Network Theory), keberhasilan sistem pendidikan dalam persiapan para pelajar untuk menjadi pemimpin masa depan dan mentransformasi peradaban ditentukan oleh dua entitas, yakni kurikulum dan guru.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam konteks ini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) meluncurkan Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar pada  Jumat, 11 Februari 2022 dalam Agenda Merdeka Belajar Episode 15. Tiga keunggulan yang dijanjikan dalam Kurikulum Merdeka adalah 1. Fokus pada materi esensial agar ada pendalaman dan pengembangan kompetensi yang lebih bermakna dan menyenangkan, 2. Kemerdekaan guru mengajar sesuai dengan tahap capaian dan perkembangan pelajar dan wewenang sekolah mengembangkan dan mengelola kurikulum, dan 3. Pembelajaran melalui kegiatan projek untuk pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila melalui eksplorasi isu-isu aktual.

 

Fokus pada Materi Esensial

Dalam ilmu pedagogi selalu ada perdebatan mengenai apa yang para pelajar butuhkan selama masa persekolahan mereka. Ketegangan dalam menentukan alokasi waktu dan ruang terjadi mulai dari tingkat kebijakan kurikulum sampai dengan pengaturan operasional di tingkat sekolah. Para penyusun kurikulum dan pengampu pelajaran dihadapkan pada dilema keluasan dan kedalaman muatan kurikulum.

Jadi apa yang perlu diserap oleh pelajar kita? Kekhawatiran bahwa saat ini terlalu banyak muatan pengetahuan telah dilontarkan oleh pendidik maupun pemangku kepentingan. Banyaknya mata pelajaran dan muatan pengetahuan tidak serta merta berkorelasi dengan seberapa banyak dan seberapa dalam siswa belajar di sekolah. Dengan perspektif yang sama, mengurangi jumlah mata pelajaran dan muatan pengetahuan dalam kurikulum tidak boleh disamakan dengan mengurangi konten pengetahuan penting dan nilai-nilai yang harus diperoleh siswa di sekolah.

Untuk mempersiapkan kaum muda agar mereka terlibat dalam pertumbuhan pribadi mereka dan menjadi warga negara yang berkontribusi bagi bangsa dan negara serta dunia, kurikulum harus memuat pendidikan umum yang mencakup seni, bahasa, dan humaniora, matematika dan sains, serta keterampilan abad ke-21 seperti literasi media, keterampilan teknologi, keterampilan berpikir kritis dan penyelesaian masalah, dan pembudayaan sikap perilaku hormat, peduli, damai, dan adil. Kurikulum tidak mungkin memuat semua muatan pengetahuan yang harus diketahui para pelajar karena arus perkembangan ilmu pengetahuan terlalu deras untuk bisa diwadahi dalam semua pelajaran di sekolah. Maka dari itu, fokus pada materi esensial berarti menyederhanakan organisasi unit studi menjadi mata pelajaran yang lebih sedikit dengan pendekatan interdisipliner dan membuat cakupan serta urutan konten pengetahuan lebih efisien. Fokus pada materi esensial tidak berarti menyederhanakan apa yang harus dipelajari siswa kita.

 

Otonomi Guru

Tiga model perubahan kurikukum menurut pakar kurikulum Allan Glatthorn (2015) seperti yang disitir Lie (Kompas, 2022) menggambarkan keterkaitan kurikulum dan guru. Dalam model yang pertama, agenda pengembangan kapasitas guru mendahului dan menuju pada perubahan kurikulum. Sementara itu dalam model yang kedua, pelatihan guru dilaksanakan untuk mendukung kurikulum yang baru dibuat. Model ketiga mengandaikan pembelajaran berbasis komunitas untuk memenuhi kebutuhan dalam pelaksanaan kurikulum yang baru.  Tiga pilihan model ini tentunya perlu disesuaikan dengan berbagai variabel di suatu negara, terutama variabel guru.

 

Mengadopsi model pertama secara tuntas tidak mungkin karena menyelesaikan pengembangan kapasitas bagi kurang lebih 3,3 juta guru (https://dapo.kemdikbud.go.id/) di Indonesia akan menunda proses perubahan kurikulum padahal urgensi penggunaan kurikulum yang memerdekakan sudah sangat kuat. Kurikulum Merdeka ini diluncurkan hampir 20 bulan setelah Episode 5 Program Guru Penggerak yang diluncurkan 3 Juli 2020 dan setahun setelah Episode 7 Program Sekolah Penggerak pada 5 Februari 2021. Dari 6 Angkatan Guru Penggerak yang diselenggarakan ada sekitar 32 ribu Guru Penggerak dan Calon Guru Penggerak serta 9.272 Sekolah Penggerak (https://sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id/gurupenggerak/lini-masa/). Selain itu, ada pula alumni Program Profesi Guru Pra-Jabatan dan Dalam-Jabatan (Lie, Kompas, 2022).

 

Bagian kedua tulisan ini akan menyoroti peran alumni Program Guru Penggerak dan Program Pendidikan Profesi Guru dalam implementasi Kurikulum Merdeka.

 

Melaksanakan dan mengembangkan Kurikulum Merdeka membutuhkan otonomi guru dalam merancang pembelajaran beserta dengan perangkat dan media serta kolaborasi tingkat sekolah untuk mengelola unit-unit atau tema-tema pembelajaran. Memberdayakan guru agar menggunakan otonomi secara bertanggung jawab dan profesional membutuhkan waktu dan strategi. Selama ini banyak aktor persekolahan termasuk guru, kepala sekolah, dan pengawas sudah terperangkap dalam habitus juklak dan juknis sehingga kebebasan memilih justru bisa menakutkan. Efisiensi materi dan fokus pada materi esensial akan mendorong guru kompeten untuk melakukan inovasi pembelajaran secara kreatif. Namun bisa sebaliknya akan menakutkan sebagian guru lain yang kurang terampil, dan biasanya menggunakan keluasan cakupan materi sebagai alasan ketergantungan pada hanya satu metode pengajaran: ceramah.

 

Otonomi guru perlu didukung dengan peningkatan keterampilan yang sudah dipunyai oleh sebagian guru namun masih belum merata. Penggunaan Platform Merdeka Mengajar diharapkan bisa terus mendorong guru untuk belajar menjadi lebih kompeten melalui fitur-fitur video inspirasi, pelatihan mandiri, bukti karya guru, asesmen murid, dan perangkat ajar. Tentunya, platform ini akan bermanfaat optimal jika guru mau menggunakannya secara mandiri dan aktif. Bagi sebagian guru yang kurang termotivasi untuk peningkatan profesional mereka, dukungan komunitas—misalnya dari pihak sekolah atau Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaan (MGMP) diharapkan bisa mendorong guru untuk memanfaatkan kesempatan dan sumber daya belajar yang sudah disediakan ini.

 

Pembelajaran Berbasis Projek

Ada adagium yang berbunyi, “Di sekolah, Anda belajar dan kemudian diuji. Dalam kehidupan nyata, Anda diuji dan kemudian belajar.” Pembelajaran melalui kegiatan projek dirancang untuk mengatasi kelemahan sistem pembelajaran di sekolah. Dalam proses pembelajaran berbasis projek, siswa belajar melalui eksplorasi tantangan dan permasalahan dari dunia nyata. Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa untuk melakukan suatu investigasi yang mendalam terhadap suatu permasalahan. Siswa secara konstruktif melakukan pendalaman pembelajaran melalui investigasi terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata, dan relevan.

 

Salah satu bagian penting dari Kurikulum Merdeka adalah rancangan pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila melalui eksplorasi isu-isu aktual dalam pembelajaran berbasis projek. Dilema lain dalam pedagogi, khususnya penyusunan kuriklum, adalah pilihan atau keseimbangan tujuan kurikulum. Apakah kurikulum menyiapkan siswa untuk dunia kerja? Atau apakah kurikulum mendidik siswa untuk menjadi manusia seutuhnya? Pilihan pertama merupakan tujuan ekonomis suatu sistem pendidikan sedangkan pilihan kedua merupakan tujuan pendidikan yang lebih holistik. Tentunya, kebanyakan kurikulum akan mencantumkan kedua sisi tujuan ini namun dalam implementasinya, penitik-beratan pada salah satu sisi pilihan biasanya terlihat pada praktik-praktik pembelajaran di sekolah.

 

Pengembangan karakter melalui pembelajaran berbasis projek bisa menjadi strategi mendidik siswa secara holistik melalui transformasi nilai-nilai keutamaan dan sekaligus menyiapkan mereka dengan pengetahuan dan keterampilan praktis yang dibutuhkan di dunia nyata. Apakah pembelajaran berbasis projek bisa mencapai kedua tujuan tentunya masih harus dibuktikan dalam implementasi Kurikulum Merdeka dalam beberapa tahun ke depan.

 

Ikuti tulisan menarik Anita Lie lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler