x

Iklan

R. Adjie Prasetya Lesmana

Mahasiswa Studi Kejepangan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga
Bergabung Sejak: 7 April 2023

Senin, 23 Oktober 2023 10:11 WIB

Chinmoku, Konsep Diam dalam Komunikasi Masyarakat Jepang

Dalam komunikasi sehari-hari tentu saja banyak hal yang harus diperhatikan agar komunikasi tersebut dapat berjalan lancar. Ekspresi verbal dan ekspresi nonverbal menjadi salah satu aspek penting komunikasi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dalam komunikasi sehari-hari tentu saja banyak hal yang harus diperhatikan agar komunikasi tersebut dapat berjalan lancar. Ekspresi verbal dan ekspresi nonverbal menjadi salah satu aspek penting komunikasi. Tiap masyarakat suatu negara memiliki gaya komunikasi mereka masing-masing. Di Jepang, mereka tidak terbiasa untuk menunjukkan perasaan mereka secara terang-terangan. Masyarakat Jepang lebih memilih menunjukkan perasaan mereka melalui bahasa tubuh, postur, ekspresi wajah, dan tak jarang mereka memilih untuk diam. Sikap diam yang dilakukan masyarakat Jepang dalam komunikasi disebut dengan chinmoku.

 

Apa itu Chinmoku

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

            Dalam konteks budaya Jepang, chinmoku adalah kata yang berarti “diam” atau “keheningan”. Diam atau hening ini terjadi dalam komunikasi ketika seseorang tidak memiliki hal yang ingin dikatakan atau sebagai bentuk menghormati perasaan lawan bicara dengan tidak berbicara secara berlebihan untuk mencegah konflik. Selain itu, sikap diam atau hening ini juga digunakan ketika seseorang sedang mempertimbangkan sesuatu atau ragu dalam menyampaikan sesuatu. Diam atau keheningan ini juga disebut dengan enryo-sasshi yang berarti cadangan dan pengekangan.

 

Awal Mula Terbentuknya Budaya Chinmoku

            Budaya chinmoku di Jepang tidak lepas dari nilai-nilai Zen Buddhisme dan kesadaran kelompok dalam masyarakat Jepang. Masyarakat Jepang juga menilai sikap diam sebagai suatu kebenaran. Aliran Zen Buddhism menitik beratkan meditasi, keheningan, dan mengosongkan pikiran. Hal ini dilakukan untuk memberikan pemahaman bahwa kebeneran tidak hanya bisa diucapkan melalui komunikasi verbal, namun juga bisa diperoleh melalui sikap diam atau keheningan. Keheningan dalam Zen Buddhism tidak hanya memengaruhi budaya komunikasi masyarakat Jepang, tetapi juga  memengaruhi budaya kesenian dan pola hidup masyarakat Jepang.

            Selain pengaruh Zen Buddhism, budaya chinmoku muncul karena adanya kesadaran kelompok pada masyarakat Jepang. Di Jepang hal ini dilambangkan dengan kalimat “Deru kui wa utateru” yang artinya “Paku yang menonjol akan dipalu”. Mereka mendahulukan kepentingan bersama dan berusaha untuk menjaga keharmonisan dalam kelompoknya sehingga chinmoku sangat berperan dalam menjaga keharmonisan tersebut. Dengan keheningan mereka dapat menghindari ekspresi verbal yang bersifat negatif seperti kemarahan, kebencian, penolakanm ketidaksepakatan, dan pembangkangan.

 

Fungsi Chinmoku

            Dalam kehidupan bermasyarakat Jepang chinmoku memiliki sisi positif dan negatif. Perlu diketahui masyarakat Jepang menggunakan keheningan ketika mereka sedang tidak ada lagi yang ingin dikatakan, tetapi diamnya mereka tidak selalu berarti mereka tidak memiliki sesuatu untuk disampaikan. Diamnya mereka juga menunjukkan keraguan  untuk menyampaikan suatu hal. Namun, sikap diam ini juga menimbulkan kebingungan bagi lawan bicaranya sehingga lawan bicara tersebut harus menafsirkan sendiri sikap diam tersebut.

            Selain digunakan untuk menjaga keharmonisan dan mencegah konflik dalam kelompok, sikap diam juga bisa digunakan untuk menyakiti orang dan menjaga jarak terhadap seseorang. Ketika orang Jepang marah atau tidak setuju dengan seseorang mereka mungkin tidak akan langsung menunjukkan ekspresi mereka tetapi mereka akan mendiamkan orang yang membuat mereka marah atau tidak setuju. Sikap diam juga membuat masyarakat Jepang cenderung tidak melaporkan kejahatan seperti perundungan di sekolah ataupun pelecehan di tempat umum. Mereka melakukan sikap diam karena mereka takut terlibat permasalahan tersebut sehingga sikap diam juga disebut sebagai bentuk ketidakpedulian.

 

Chinmoku dan Kesalahpahaman Lintas Budaya

            Bahkan dalam komunikasi di antara orang Jepang sendiri, terkadang sulit untuk memahami arti dan fungsi diam yang sebenarnya. Dalam komunikasi dengan orang-orang dari negara lain, keheningan dapat menjadi hambatan serius untuk pemahaman antar budaya. Untuk satu hal,  ketika orang Jepang diam, dapat menyiratkan berbagai macam makna, seperti pertimbangan atau simpati, kerendahan hati, persetujuan, kesabaran, rasa malu, kebencian, dan sikap apatis. Hal ini dapat menyebabkan kebingungan bagi orang luar Jepang.

 

Referensi :

Roger J. Davies and Osamu Ikeno (ed). 2002. The Japanese Mind. US: Tutle Publishing.

Ikuti tulisan menarik R. Adjie Prasetya Lesmana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu