Al Arif merupakan Guru Besar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Sekjen DPP Asosiasi Dosen Indonesia, Ketua IV DPW Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Jakarta, Associate CSED INDEF, serta saat ini sebagai Asisten Utusan Khusus Presiden Bidang Ketahanan Pangan
Transformasi Bank DKI Menjadi Bank Jakarta Menuju Bank Bertaraf Global
Rabu, 2 Juli 2025 10:01 WIBDalam sejarah panjang perjalanan perbankan daerah di Indonesia, Bank DKI menempati posisi yang istimewa.
***
Di tengah derasnya arus globalisasi dan disrupsi teknologi di sektor keuangan, perbankan nasional dihadapkan pada tantangan untuk terus beradaptasi dan tumbuh secara berkelanjutan. Salah satu institusi keuangan yang mengambil langkah strategis dalam menghadapi tantangan ini adalah Bank DKI. Melalui proses rebranding menjadi Bank Jakarta, institusi ini menegaskan ambisinya untuk tidak hanya menjadi bank daerah yang kuat, tetapi juga tampil sebagai bank modern, berdaya saing tinggi, dan siap menembus pasar global.
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung telah meresmikan perubahan nama Bank DKI menjadi Bank Jakarta pada 22 Juni 2025 bertepatan dengan peringatan Hari Ulang Tahun ke-498 Jakarta. Transformasi menjadi Bank Jakarta memiliki visi besar untuk menjadi bank modern bertaraf global yang melayani warga, pelaku usaha, dan mitra strategis Jakarta dengan profesionalisme, teknologi, dan integritas tinggi.
Dalam sejarah panjang perjalanan perbankan daerah di Indonesia, Bank DKI menempati posisi yang istimewa. Berdiri sejak tahun 1961 sebagai Bank Pembangunan Daerah Khusus Ibukota Jakarta, institusi ini telah menjadi bagian dari denyut nadi pembangunan kota megapolitan. Kini, dalam semangat reformasi dan globalisasi.
Transformasi ini bukan sekadar pergantian nama. Ia mencerminkan perubahan mendasar dalam paradigma bisnis, model operasional, budaya perusahaan, serta arah strategis jangka panjang. Dengan menggandeng identitas kota Jakarta sebagai ibu kota negara dan pusat perekonomian nasional, Bank Jakarta ingin menjelma sebagai simbol kebangkitan dan modernisasi bank pembangunan daerah (BPD) di Indonesia.
Di tengah persaingan industri keuangan yang kian dinamis dan global, langkah perubahan ini adalah cermin dari tekad Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menghadirkan institusi keuangan daerah yang tangguh, inklusif, dan siap menembus batas-batas domestik.
Bank DKI didirikan pada 11 April 1961 sebagai bank pembangunan daerah milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dalam enam dekade kiprahnya, bank ini berperan penting dalam pembangunan dan pelayanan keuangan di ibu kota, mulai dari mendukung pembiayaan infrastruktur daerah, mendukung UMKM, hingga menjadi tulang punggung pembayaran berbagai layanan publik Jakarta seperti TransJakarta, JakLingko, hingga integrasi Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan Kartu Jakarta Sehat (KJS).
Merujuk laporan keuangan Bank DKI, laba bersih tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik pada kuartal pertama 2025 tumbuh 14,86% menjadi Rp215,34 miliar dibandingkan periode sebelum 2024 yaitu Rp187,48 miliar. Total aset Bank DKI hingga kuartal I/2025 tercatat sebesar Rp78,39 triliun, tumbuh tipis 0,28% YoY dari Rp78,17 triliun per 31 Maret 2024.
Namun, meskipun Bank DKI tumbuh positif dan konsisten membukukan laba, masih ada keterbatasan dalam perluasan pasar, penetrasi digital, dan positioning di kancah nasional maupun internasional. Sebagai Bank daerah, cakupan layanan Bank DKI cenderung terkonsentrasi di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Sementara itu, bank-bank nasional dan swasta terus berlomba mengembangkan digitalisasi dan ekspansi global.
Seiring dengan rencana transisi status Jakarta dari ibu kota negara menjadi pusat ekonomi global dan kota otonom dengan karakter istimewa, kebutuhan akan institusi keuangan yang mampu menopang ambisi kota menjadi sangat krusial. Bank DKI selama ini berperan penting dalam menyokong APBD dan pembiayaan daerah. Selain itu, Bank DKI telah menjadi mitra strategis UMKM dan koperasi, serta membangun ekosistem keuangan digital di Jakarta.
Namun, tantangan ke depan menuntut Bank DKI untuk “naik kelas”. Lingkungan bisnis pascapandemi COVID-19, disrupsi teknologi keuangan (fintech), serta kompetisi dari bank digital dan bank global memaksa seluruh Bank Daerah termasuk Bank DKI untuk melakukan reorientasi menyeluruh. Maka lahirlah inisiatif Transformasi Bank DKI menjadi Bank Jakarta, sebagai bagian dari reposisi strategis Jakarta pasca pemindahan ibu kota negara ke IKN.
Perubahan nama menjadi Bank Jakarta bukanlah perkara simbolik semata. Ini adalah langkah strategis untuk melebarkan jangkauan pasar. Nama “DKI” selama ini membatasi citra bank hanya sebagai institusi lokal Jakarta. Dengan nama “Jakarta”, bank ini dapat lebih diterima di tingkat nasional dan internasional sebagai representasi dari kota global.
Selain itu, langkah ini untuk membangun citra profesional dan kompetitif. Nama baru akan memperkuat branding korporasi dan membuka peluang ekspansi bisnis lintas regional, terutama dalam kerja sama internasional yang memerlukan positioning kuat.
Kemudian perubahan nama ini mendukung reposisi Jakarta pasca pemindahan ibukota ke IKN. Sebagai kota global dengan kekuatan ekonomi digital, perdagangan, jasa, dan budaya, Jakarta membutuhkan lembaga keuangan yang sepadan dalam skala dan kapabilitas global.
Transformasi nama ini juga diikuti dengan rebranding menyeluruh mulai dari logo, tagline, pelayanan, dan pendekatan bisnis yang lebih segar, profesional, dan berorientasi teknologi. Untuk menjadi bank bertaraf global, Bank Jakarta mengembangkan pilar-pilar transformasi strategis.
Pertama, digitalisasi dan inovasi teknologi keuangan. Era baru Bank Jakarta akan ditandai dengan akselerasi digital yang menyeluruh. Strategi ini meliputi penguatan layanan perbankan digital (mobile banking, internet banking, API banking). Permasalahan kegagalan teknologi yang dialami pada bulan Maret 2025 lalu tidak boleh terjadi lagi pasca transformasi ini.
Untuk mendukung akselerasi digital, bank DKI harus mengembangkan ekosistem keuangan berbasis digital untuk UMKM, transportasi, pendidikan, dan sosial. Selain itu, transformasi harus mendorong implementasi big data analytics, artificial intelligence, dan machine learning dalam sistem kredit dan mitigasi risiko. Bank Jakarta menargetkan diri menjadi bank digital hybrid, yakni mengombinasikan layanan digital penuh dengan kehadiran fisik yang efisien dan berorientasi pelayanan masyarakat.
Pilar kedua yang harus dilakukan oleh Bank Jakarta menuju bank global ialah penguatan modal dan tata kelola korporasi. Penguatan struktur permodalan perlu dilakukan sebagai salah satu strategi menuju initial public offering. Selain itu, Bank Jakarta perlu membangun kepemimpinan yang kompeten dan berintegritas, termasuk reformasi SDM dan budaya kerja. Langkah ini akan meningkatkan kepercayaan investor, memperluas sumber pembiayaan, dan meningkatkan daya saing Bank Jakarta di pasar modal dan keuangan global.
Pilar ketiga ialah ekspansi bisnis dan diversifikasi produk. Transformasi juga menyasar perluasan lini bisnis dan produk, antara lain kredit sektor produktif (UMKM, korporasi, infrastruktur, dan green economy), layanan treasury, trade finance, dan pembiayaan ekspor-impor.
Penguatan unit usaha syariah yang dimiliki perlu pula dilakukan. Upaya ini sebagai strategi menuju spin-off menjadi bank umum syariah. Serta, ekspansi ke daerah penyangga Jakarta (Jabodetabek) dan potensi pembukaan cabang luar negeri di kota mitra seperti Singapura, Tokyo, atau Dubai. Langkah ini akan mengangkat Bank Jakarta dari sekadar bank daerah menjadi institusi finansial regional dengan spektrum layanan luas.
Pilar keempat dalam transformasi bank ialah tidak bisa lepas dari peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Bank Jakarta harus menjalankan program re-skilling dan up-skilling, rekrutmen talenta digital dan analisis data, kolaborasi dengan universitas dan lembaga pelatihan global, serta pengembangan kepemimpinan muda. SDM yang unggul dan adaptif menjadi kunci menuju visi bank global.
Pilar kelima ialah konektivitas global dan kolaborasi strategis. Bank bertaraf global tidak cukup hanya dengan teknologi dan modal, namun diperlukan pula kemitraan strategis dengan bank internasional, lembaga donor, dan mitra dagang global. Selain itu, hal ini harus ditopang pula dengan keterlibatan aktif dalam forum ekonomi dan keuangan global. Serta standardisasi sistem operasional dan kepatuhan sesuai ISO, FATF, dan kebijakan anti pencucian uang global.
Konektivitas ini akan menjadikan Bank Jakarta sebagai jembatan ekonomi antara Jakarta dan dunia, khususnya dalam perdagangan, investasi, dan jasa keuangan lintas negara.
Transformasi ini tentu tidak tanpa rintangan dan tantangan. Tantangan pertama berkenaan dengan tantangan budaya organisasi mencakup perubahan besar yang membutuhkan adaptasi mental dan cara kerja dari seluruh elemen, termasuk manajemen, pegawai, dan nasabah.
Tantangan kedua ialah persaingan ketat dengan bank besar nasional dan bank digital. Bank Jakarta harus terus melakukan inovasi dan menjaga keunggulan lokalnya agar dapat bersaing.
Tantangan ketiga ialah berkenaan dengan kebutuhan modal besar dan dukungan pemegang saham. Pemprov DKI Jakarta sebagai pemilik utama perlu memberikan dukungan berkelanjutan, tidak hanya secara finansial, tapi juga secara kebijakan.
Tantangan keempat berkenaan dengan risiko geopolitik dan volatilitas global. Sebagai bank global, Bank Jakarta akan terdampak dinamika eksternal yang harus diantisipasi dengan manajemen risiko tingkat tinggi. Namun, di balik semua tantangan itu, terdapat peluang luar biasa untuk menjadikan Bank Jakarta sebagai percontohan bank daerah yang sukses mendunia.
Transformasi Bank DKI menjadi Bank Jakarta akan membawa banyak manfaat. Manfaat pertama akan memperkuat stabilitas fiskal daerah. Dengan peningkatan pendapatan dan efisiensi pembiayaan daerah, Bank Jakarta akan menjadi mitra utama pembangunan Jakarta yang mandiri dan berkelanjutan.
Manfaat kedua, transformas ini akan mendorong inklusi keuangan. Transformasi digital akan membuka akses perbankan yang lebih luas bagi kelompok marjinal, pelaku usaha kecil, dan komunitas urban Jakarta.
faat ketiga akan meningkatkan daya saing Jakarta sebagai kota global. Keberadaan bank bertaraf internasional akan memperkuat posisi Jakarta dalam peta kota keuangan dunia, bersaing dengan Hong Kong, Kuala Lumpur, dan Singapura.
Manfaat keempat akan menjadi inspirasi bagi bank daerah lain di Indonesia. Keberhasilan Bank Jakarta akan menjadi benchmark transformasi Bank daerah nasional menuju institusi keuangan modern, efisien, dan kontributif terhadap pembangunan daerah.
Transformasi Bank DKI menjadi Bank Jakarta adalah gambaran bagaimana institusi daerah dapat melompat lebih jauh jika didukung oleh visi yang jelas, inovasi yang terus-menerus, dan semangat melayani yang tinggi. Ini bukan sekadar rebranding, tetapi reformasi total menuju masa depan yang lebih kompetitif dan inklusif.
Sebagaimana Jakarta yang kini memasuki babak baru sebagai kota global, maka Bank Jakarta pun diharapkan menjadi simbol kemajuan, profesionalisme, dan kepercayaan dalam sistem keuangan nasional dan internasional. Di tengah turbulensi dunia keuangan dan perubahan perilaku masyarakat, Bank Jakarta hadir membawa semangat baru: dari jantung ibu kota, menuju panggung dunia.

Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Sekjen DPP Asosiasi Dosen Indonesia, Asisten Utusan Khusus Presiden Bidang Ketahan Pangan, Ketua IV DPW IAEI Jakarta, dan Associate CSED INDEF
2 Pengikut

Menanti Kemerdekaan Ekonomi Sejati
Selasa, 19 Agustus 2025 15:14 WIB
Membumikan Keadilan Ekonomi dengan Koperasi Desa Merah Putih
Kamis, 24 Juli 2025 22:13 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler