Muji Setiyo adalah dosen dan peneliti aktif di Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Magelang - Kampus Unggulan Muhammadiyah

Siapa Paling Serius Menyongsong Kendaraan Listrik di ASEAN?

Minggu, 20 Juli 2025 06:59 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Tahun 2023 Indonesia Produksi Mobil Listrik, Mengurangi Biaya Impor BBM
Iklan

Thailand melaju cepat, Malaysia unggul riset, Indonesia bertumpu pada nikel. Siapa paling siap menyongsong era kendaraan listrik di ASEAN?

***

Kawasan Asia Tenggara sedang menghadapi babak baru dalam sejarah transportasi: peralihan menuju kendaraan listrik (EV). Bukan lagi sekadar wacana futuristik, mobil dan motor listrik kini mulai dipandang sebagai solusi nyata atas polusi udara, konsumsi BBM fosil, dan emisi karbon.

Namun, tingkat keseriusan negara-negara ASEAN dalam menyambut era baru ini sangat bervariasi. Di antara yang paling menonjol, tiga negara: Indonesia, Malaysia, dan Thailand sering kali dibandingkan. Tapi siapa yang benar-benar paling siap?

Thailand, “Detroit”-nya ASEAN

Thailand tampaknya melaju paling kencang. Negara ini memberi insentif besar-besaran untuk industri kendaraan listrik, membuka lebar pintu investasi asing, dan mempercepat pembangunan infrastruktur pengisian daya. Hingga 2023, lebih dari 2.500 stasiun pengisian telah dibangun.

Langkah Thailand ini tak hanya menunjukkan komitmen pemerintah, tapi juga membuktikan keseriusan mereka menjadikan negeri Gajah Putih sebagai basis manufaktur EV terbesar di kawasan. Banyak analis bahkan menyebut Thailand sebagai “Detroit”-nya ASEAN dalam urusan kendaraan listrik.

Indonesia dan Malaysia Semangat Tinggi, Tantangan Tak Kalah Besar

Sementara itu, Indonesia dan Malaysia masih harus berjibaku dengan berbagai persoalan dasar. Dari harga EV yang masih tinggi, jaringan pengisian daya yang belum memadai, hingga rendahnya kesadaran publik, semuanya menjadi PR bersama yang belum selesai.

Indonesia memang punya landasan hukum yang kuat, seperti Perpres No. 55 Tahun 2019, yang memuat berbagai bentuk dukungan bagi industri EV. Pemerintah juga menargetkan membangun 4.300 stasiun pengisian daya pada 2025. Namun, realisasinya baru sekitar 1.131 stasiun hingga kini.

Malaysia juga tidak tinggal diam. Lewat Kebijakan Otomotif Nasional (NAP) dan Kebijakan Energi Nasional (NEP), negara ini tak hanya fokus pada konsumen, tetapi juga mendorong riset teknologi baterai dan pengembangan industri otomotif yang berkelanjutan.

Malaysia Unggul dalam Riset

Hal menarik lainnya terlihat dari sisi akademik. Data publikasi ilmiah tentang kendaraan listrik di kawasan ASEAN menunjukkan bahwa universitas-universitas di Malaysia mendominasi jumlah riset EV antara tahun 2015 hingga 2025. Thailand dan Indonesia memang mulai menggeliat, namun belum sejajar dari segi kuantitas dan kualitas riset.

Ini menjadi pengingat bahwa transformasi kendaraan listrik bukan hanya soal pabrik dan infrastruktur, tapi juga pengetahuan, inovasi, dan pengembangan teknologi dalam jangka panjang.

Potensi Masing-Masing, Kolaborasi Jadi Kunci

Masing-masing negara punya potensi unik:

  • Indonesia punya cadangan nikel terbesar di dunia, bahan utama baterai EV.

  • Malaysia memiliki infrastruktur industri yang matang dan potensi sebagai pusat R&D regional.

  • Thailand unggul dalam kapasitas produksi dan jaringan industri otomotif yang telah mapan.

Namun, potensi saja tak cukup. Perlu ada riset berkelanjutan, kolaborasi lintas sektor, dan edukasi publik secara masif. Karena sehebat apa pun teknologinya, jika masyarakat belum percaya atau memahami manfaatnya, kendaraan listrik akan tetap jadi barang asing di negeri sendiri.

Menuju Masa Depan yang Lebih Bersih

Melihat tren yang ada, kita mungkin akan segera melihat jalanan di Jakarta, Kuala Lumpur, dan Bangkok mulai dipenuhi kendaraan listrik. Tapi lebih dari itu, transformasi ini bukan sekadar soal transportasi, ini tentang upaya kolektif mengurangi emisi, menyelamatkan bumi, dan mengubah masa depan.

Pertanyaannya bukan lagi siapa yang paling cepat. Tapi siapa yang paling konsisten dan kolaboratif dalam menjaga langkahnya.


Muji Setiyo
(Peneliti dan dosen Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah Magelang)

Sumber: muji.blog.unimma.ac.id

Bagikan Artikel Ini
img-content
Muji Setiyo

Professor in Mechanical and Automotive Engineering - Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA)

1 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler