x

Sampul tabloid obor rakyat. (oborrakyat)

Iklan

Andry Nasrul

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Dari Mana (Api) Obor Rakyat ?

Orang pertama yang harus dicurigai dalam sebuah pembunuhan adalah, orang yang diuntungkan dengan terbunuhnya seseorang tersebut

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sebuah pepatah lama menyatakan “ada gula, ada semut, ada asap pasti ada api”.

Makna dari pepatah di atas sangatlah jelas dan siapa saja akan mampu memahami maksud dan tujuan ungkapan tersebut. Adalah tentang hubungan sebab akibat atau korelasi antara dua kejadian yang berkaitan erat menjadi penerang bagi kita apa di balik semua kejadian.

Obor, kita semua mengenal obor sebagai penerang dikala malam datang, sebagian budaya di Indonesia mengenal obor sebagai simbol-simbol tertentu. Adalah OBOR RAKYAT yang sepintas kita dengar sebagai obor dari rakyat, atau bisa juga obor bagi rakyat.

“Obor Rakyat” (selanjutnya ditulis OR, untuk menghindari doktrin yang salah) di sini berbeda. Berbeda asalnya dari mana dan berbeda hasilnya untuk siapa. Mengatasnamakan rakyat, baru-baru ini menyalalah sebuah media cetak bernama OR, yang hyperaktif, frontal, dan destruktif melumat isu politis praktis, berbaur ke dalam setiap lapisan masyarakat, menyelinap ke setiap golongan dan mendrive setiap pikiran yang lemah terhadap reaksi politik provokatif.

Secara awam reaksi yang timbul oleh kebablasan beredarnya OR jelas merugikan satu kelompok dan menguntungkan kelompak lain. Artinya di sini jelas ada motif, ada tujuan, dan ada pelaksanaan yang terorganisir. Sebagian masyarakat sadar menyebut ini BLACK CAMPAIGNE, yang populer dimasyarakat dengan sebutan kampanye hitam, dan menentang keberadannya, sebagian lagi diam, dan sebagian lagi berdiam saja.

Dalam teori kriminologi, “..jika salah seorang dibunuh, yang harus dicurigai pertama adalah, siapa yang diuntungkan dengan terbunuhnya seseorang tersebut”. Dalam hal pembunuhan karakter salah satu dari dua pasangan capres/cawapres jelas akan menguntungkan pasangan capres/cawapres lain. Jelas, karena hanya ada dua pasangan capres dan cawapres. Tidak itu saja kita semua sepakat selain dari pasangan yang diuntungkan masih banyak pihak dan golongan tertentu yang juga ikut diuntungkan.

Kembali kepada ungkapan di atas, tidaklah mungkin sebuah obor menyala tanpa ada minyak sebagai energi dan yang menyulut api. Pertanyaanya siapa dalang di balik obor yang menyala, siapa yang menyulut api, karena sampai sekarang obor hina itu masih menyala. Kenapa hina? Karena menebar aib yang tidak berdasar, membabi buta, dan tanpa bukti, hanya sebuah pepesan kosong memanfaatkan geologi politik menjelang pilpres.

Orang yang bertanggungjawab atas beredarnya sudah diketahui dan diperiksa pihak berwenang, laki-laki itu berasal dari Istana (staf Presiden RI), dewan pers-pun sudah mengeluarkan keputusan bahasanya OR adalah produk jurnalistik haram. Tetapi sampai saat ini sang pimpinan redaksi masih bisa leluasa memberikan preview untuk edisi berikutnya.

Istana pun masih separuh hati, kalau pun bersuara tetap bukan sebuah tiupan untuk memadamkan api fitnah yang menerangi rasa kebencian buatan. Media nasional pun tidak satu tekad dan tindakan melawan ketercelaan jurnalistik ini, sebut saja sebuah tv swasta milik ketua partai yang juga pemilik PT. Lapindo Brantas.

Kalau kita cermati lebih lanjut keberadaan OR ternyata tidak mengganggu semua kalangan dan kelompok dalam masyarakat, ada yang malam meneruskan berita per berita dari OR tersebut. Kita ambil sebuah contoh, “jika seseorang dalam lingkungan masyarakat merasa aman dengan fitnah yang beredar, logika sehat akan menyatakan orang tersebut diuntungkan, setidaknya dilindungi dengan adanya fitnah tersebut” inilah yang terjadi dengan OR, segelintir orang, baik elit ataupun rakyat biasa merasa dilindungi bahkan diuntungkan dengan beredarnya media OR ini. Ini jelas ada yang salah, di mana mungkin manakala dalam suatu keadaan yang baik, kemudian merebaklah fitnah dan bisa menjadi suatu perlindungan yang menguntungkan, (kecuali si salah), satu. Kedua, ini tentang momentum, untuk dapat menciptakan ledakan paradigma atau propaganda ekstrim haruslah memperhintungkan waktu dan tempat yang terkemas apik, waktu sebelum pemilu, tempat di Istana pusat pemerintahan, apa lagi, ini jelas di tungganggi.

Keberadaan OR telah menjangkiti demokrasi hingga kritis, merobek etika dan sopan santun masyarakat yang berbudi, melahap garang ajaran-ajaran keyakinan, serta memporak-porandakan bangunan-bangunan tentang kebaikan, kejujuran, keharmonisan dan kewibaan beperilaku.

Hendaknya pihak berwenang memperlihatkan netralitasnya dalam menangani OR ini, karna netralitas bukan sebuah wacana media yang senantiasa dijunjung, tetapi sebuah ketagasan dalam bertindak, adil dan bijaksana dalam bersikap.

 

BERESKAN “OBOR(pembakar)RAKYAT” SEGERA...!!!

Karena masing-masing rakyat Indonesia punya hati nurani sebagai pelita menentukan langkah demokrasi bangsa dan negara ini yang humanis, hakiki, makmur sentosa. Jauh dari obor plastik.

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Andry Nasrul lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler