Ketika Filsafat Jadi Alat Ketenaran
Selasa, 12 Agustus 2025 10:12 WIB
Alih-alih mempopulerkan filsafat, penyataan kontoversial Ferry Irwandai justru memicu perdebatan dangkal.
Tujuan tulisan ini sederhana saja: menolak tegas cara Ferry Irwandi dalam membumikan filsafat. Kita tahu, pada akhir bulan Juli kemarin, Ferry, seorang konten kreator menghebohkan publik dengan ide penghapusan jurusan filsafat dan menawarkan solusi berupa menerapkan mata kuliah/pelajaran filsafat. Akademisi dan sejumlah netizen kritis akhirnya menanggapinya agar dibenahi bukan dihapuskan jurusannya. Lebih detailnya, dapat kita telaah sendiri perdebatan ini di internet.
Ada hal yang patut kiranya kita tinjau ulang, yaitu cara penyampaian Ferry yang terkesan hebat, tapi sebenarnya berbahaya. Apabila saya asumsikan motifnya adalah mempopulerkan filsafat agar inklusif tidak di menara gading, bukankah seyogyanya jalan yang diambil edukatif, bukan provokatif?
Surat Terbuka Untuk Ferry Irwandi
Anggaplah Ferry Irwandi memiliki tujuan yang mulia. Pertama, ia ingin bahwa masyarakat secara luas lebih mengenal filsafat. Kedua, ia melanjutkan gebrakan dari Tan Malaka yaitu dialektika. Ia ingin membuat dialektika di ruang-ruang publik. Terakhir, ia ingin menjadikan ilmu filsafat sendiri tak di menara gading, artinya adalah filsafat bisa diakses oleh banyak kalangan.
Namun dibalik motif tersebut, alih-alih menghasilkan pemahaman yang utuh tentang filsafat, beberapa kalangan hanya fomo terhadap isu yang viral tersebut. Studi Nature (2024) menunjukan bahwa viralitas hanya menghasilkan keterlibatan superfisial bukan pemahaman yang bertahan. Sederhananya hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Viral dan lenyap secepat kilat.
Tak usah jauh-jauh, di sekolah saya saja, isu ini diperbincangkan hanya dalam waktu tiga hari, setelah itu, terpendam oleh isu lain. Apakah ada yang tertarik mendalami filsafat di sekolah saya? Tentu saja tidak. Mereka hanya penasaran sesaat saja. Googling “apa itu filsafat?”, lalu melupakannya. Seperti perceraian artis-artis ternama. Sama sama riuh, tetapi hanya sesaat.
Pola story telling model provokatif-kontroversif memang memungkinan viralnya akan tinggi. Metode yang sebagian besarnya menumbuhkan reaksi, bukan refleksi. Saya paham polanya. Pernyataan – publik menolak – viral. Lalu pada akhirnya adsense dan ketenaran, hanya sekadar asumsi saya. Kiranya patut kita renungkan kembali, apakah strategi semacam ini pantas dijadikan jalan?
Surat Cinta Untuk Pembaca
Sekilas, anggap saja pantas. Asal tidak hanya membuat gaduh, tapi aksi nyatanya kemudian timbul. Asal tak hanya meledak sesaat tapi berkelanjutan. Sayangnya, alih alih sampai pada aksi nyata yang berkelanjutan, banyak yang terjebak pada ketenaran. Disinilah mirisnya. Oleh karenanya, saya tak membenarkan strategi provokatif karena mudharatnya lebih besar.
Hemat saya, ada cara yang lebih edukatif seperti yang dilakukan banyak akademisi dan pecinta filsafat untuk membumikannya. Mereka melakukan diskusi, ngaji filsafat secara berkelanjutan. Membuat konten-konten yang menjelaskan filsafat kepada publik. Menyajikan buku atau artikel pengantar filsafat. Memang tak bisa langsung viral dan booming. Cara ini tidaklah instan dan cepat, tapi dengan cara edukatif, maka filsafat dapat dipahami secara menyeluruh oleh orang awam.
Dari sini sudah kelihatan siapa yang betul-betul motifnya karena ilmu itu sendiri dan siapa yang mencari ketenaran. Saya harap kalian paham, dan sebagai generasi terdidik, kita bisa mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut.
Sekarang filsafat masih dianggap ilmu eksklusif, benar. Tapi agar menjadi inklusif, caranya tidak dengan membuat kegaduhan penghapusan jurusan filsafat. Sama, matematika masih dianggap ilmu sulit, rumusnya ribet. Tapi apakah solusinya membuat kegaduhan sesaat di internet? Paling tidak, jika ingin membuat kontroversi, sertakan komitmen untuk mendidik. Peradaban tak butuh ketenaran. Peradaban mebutuhkan orang yang berpikir dengan kritis, Bicara dengan sistematis, dan bertindak dengan etis.

penggiat filsafat
0 Pengikut

Ketika Filsafat Jadi Alat Ketenaran
Selasa, 12 Agustus 2025 10:12 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler