x

Iklan

Andry Nasrul

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mata-mata Penipu Hati

Penglihatan dianugrahkan Sang Pencipta untuk dipergunakan sebaik-baiknya, demi kemudahan dan menjauhkan dari kesulitan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sebelumnya mari kita sedikit melihat pada photo di atas. Dapat diperkirakan photo di atas akan banyak melahirkan bentuk citra atau penglihatan berbeda dari masing-masing kita yang melihatnya, meski melihat dalam waktu dan tempat yang sama.

Itulah citra dalam bahasa inggris image, sebuah penglihatan visual yang kemudian diterjemahkan bedasarkan pikiran masing-masing, Terjemahan itu kemudian diteruskan pada sebuah keputusan atas apa yang terlihat tersebut. Wajar jika berbeda manusia berbeda pula apa yang terlihat, apa yang diterjemahkan dan apa yang diputuskan untuk jadi sebuah penilaian. Jelas kalau kemudian penglihatan ayng dimaksud tidak sebatas yang terlihat oleh mata lagi.

Kemudian dalam kesehariannya sebagian orang berpendapat dan yakin pencitraan ini perlu dibangun untuk mengukuhkan sebuah pernyataan, sikap, dan sosok, hal ini tentu sama sekali tidak akan menemui masalah selama citra yang dibangun dan dibentuk tidak berseberangan dengan kenyataan dan mampu memijak keaslian dari citra itu sendiri. Seringkali yang terjadi pembentukan citra dilakukan secara angkuh, dan rakus untuk sebuah tujuan yang egois sehingga citra yang lahir juga terbaca sebagai hasil dari rekayasa dan akan menghancurkan citra itu sendiri.

Keadaan ini juga terjadi dan terkenal dalam dunia politik, bahkan untuk mendukung sebuah propaganda sering kali pencitraan dijadikan unsur pemanis atau finishing. Cara kerjanya bahkan sangat terlihat jelas mudah dibaca, tapi sekali lagi kita harus ingat citra atau penglihatan merupakan milik sendiri dan sulit untuk dikolektif. Seseorang tidak boleh memaksakan terjemahannya yang lahir dari penglihatannya kepada orang lain yang juga punya penglihatan sendiri.

Citra bisa lahir demi alasan-alasan nasionalisme kebangsaan, dasar-dasar norma dan nilai sosial, atau lebih ekstrim lagi pencitraan lahir untuk melilit pilar keyakinan pada Tuhan YME. Pencitraan seperti ini terkadang dibentuk untuk kepentingan, tujuan culas tertentu, dan berujung pada perpecahan. Pencitraan ini dilakukan secara masif melindas siapa saja yang miskin dalam penglihatannya. Karena pada dasarnya citra adalah penglihatan yang tidak terbatas dalam pemaknaan, dapat berkorelasi, dan mudah untuk berubah.

Bahwasanya kita tidak pantas untuk berpikiran buruk terhadap apa yang terlihat adalah benar, akan tapi sebagai manusia yang berkeyakinan kita harus punya pertahanan diri untuk membentengi pengaruh dari pencitraan yang merusak. Pertahanan tersebut dapat berupa pertimbangan yang masak, pengetahuan wawasan dan akal sehat tentunya, jangan sampai citra yang sengaja dibangun untuk sebuah kebohongan besar menduduki pikiran yang membutakan penglihatan.

Tujuan dari pencitraan akan tercapai di saat apa yang telah dirancang untuk diperlihatkan diterima sama oleh objek pencitraan tersebut. Pada “pencitraan golongan buruk” Di saat itulah inti dari rencana besar akan dijalankan, manakala apa yang dirancang telah diterima baik sesuai rencana buruk mereka. ibaratnya pencitraan adalah pembuka jalan sebuah kebohongan besar atau penyamaran ketika dilaksanakan sebuah kebohongan besar. Pencitraan yang dilakukan golongan ini akan dilaksanakan secara masif, terstruktur, cerdas, nyaris tanpa celah, mereka juga akan menyiapkan para mata-mata untuk menipu hati objek pencitraanya, untuk menjaga kebohongan besarnya. akan tetapi meski samar tetap akan terlihat kebohongannya. Selagi kita peduli dan setuju untuk brfikir dan menimbang dan bertindak. Contoh kecil, lihat saja keseharian orang licik yang ada disekitar kita. Kita akan waspada setelah kita semapat memperhatikan, kalau kita tidak pedulikan, bisa jadi berikutnya kitalah yang jadi korban kelicikanya

Dengan demikian kita sebagai objek pencitraan penguasa dan calon penguasa hendaknya lebih dahulu tegas, tegas memilah, tegas menimbang, tegas berfikir dan menentukan apakah ini sebuah penglihatan mata saja, pendengaran telinga saja, atau lahir bersumber dari dalam hati sebagai inti sari kepala yang berfikir logis. Jangan sampai penglihatan kita dikolektif oleh pihak tertentu, itu akan sangat menyedihkan dan menjadi sebuah kemunduran. Jangan lagi kita terjebak oleh penglihatan kita, tapi sebaliknya kita harus mampu membuka belenggu hidup yang terpasung ini dengan penglihatan kita. Karena penglihatan kita sendirilah yang merupakan jati diri kita sendiri, dan keingininan nurani yang hakiki.

Ikuti tulisan menarik Andry Nasrul lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler