x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Protes Kreatif Rakyat Melalui Meme

Rakyat banyak merespons sidang Mahkamah Kehormatan Dewan dengan cara yang kreatif.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di media sosial beredar gambar dua sahabat, yaitu Fadli Zon dan Setya Novanto. Dua sahabat ini pejabat penting negara, Zon Wakil Ketua DPR dan Novanto Ketua DPR. Dalam gambar tersebut, terlihat kedua sahabat ini terlibat obrolan seperti ini:

Fadli Zon: “Akhirnya berhasil juga sidang tertutup, ya.”

Setya Novanto: “Maksud gue sih sidangnya aja yang tertutup, Zon.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bila hanya membaca percakapan pendek ini secara sepintas, mungkin Anda jadi bingung: “Memangnya ada yang tertutup selain sidangnya?” Tapi, respons Anda boleh jadi akan berubah bila melihat gambar itu: Zon dan Novanto sama-sama memakai masker yang menutup mata mereka.

Itulah salah satu meme yang beredar cepat dan mendapat beragam komentar dari netizen di media sosial dengan hashtag #MKDBobrok. Bagi rakyat banyak, manfaat media sosial menjadi semakin penting ketika media massa konvensional, seperti media cetak dan televisi, maupun media online, banyak dikuasai oleh elite politik yang sekaligus elite bisnis.

Ketika koran, media online, dan televisi dipenuhi oleh kutipan-kutipan pendapat dan sepak terjang para elite ini, rakyat banyak menyalurkan pikiran dan perasaannya melalui media sosial. Media sosial adalah jalur beropini yang mungkin diakses oleh rakyat banyak dengan mudah. Dan, meme tadi adalah respons terhadap sikap dan tindakan pimpinan dan anggota Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD).

Melalui meme, rakyat banyak menyalurkan kekecewaan karena harapan dan suara mereka tidak dihiraukan oleh para politikus yang duduk di DPR. Dengan cara itulah, rakyat banyak mengekspresikan kekesalannya terhadap MKD dalam menangani kasus Ketua DPR Setya Novanto.

Ketika suara rakyat tidak didengarkan oleh para politikus yang secara formal merupakan ‘wakil rakyat’, maka rakyat banyak mencari cara lain untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya. Rakyat melakukan ‘gerilya komunikasi’: mengkreasi meme yang menyatirkan situasi maupun pendapat kelompok mapan dan menyebarkannya lewat media sosial.

Aktivitas menyebarkan  meme secara viral ini tidak ubahnya culture jamming—sebuah taktik untuk mengusik kemapanan, yang dulu lebih banyak dipakai untuk menyerang dominasi periklanan terhadap masyarakat, dan kini dipakai dalam lingkup yang lebih luas. Ketika cara-cara formal menemui jalan buntu karena dihadang oleh kekuatan elite, culture jamming menjadi pilihan.

Culture jamming menjadi cara untuk mengganggu dominasi dan mendorong perubahan, mempertanyakan asumsi-asumsi yang dipakai kaum elite, menantang permainan logika kelompok mapan, dan mengacau pesan-pesan politik mereka. meme yang menyebar luas mungkin tidak mudah memengaruhi kaum elite, tapi efektif untuk meningkatkan kesadaran rakyat banyak mengenai isu tertentu.

Karakteristiknya yang satir, kocak, ironik, dan mungkin pula sarkastik menjadikan meme pembawa pesan yang lucu sekaligus getir. Mengapa getir? Sebab, meme memplesetkan kenyataan yang sesungguhnya pahit dalam konteks situasi masyarakat: ketika rakyat banyak ingin sidang MKD berlangsung terbuka, pimpinan dan anggota MKD malah setuju saja sidang berlangsung tertutup mengikuti keinginan Novanto.

Melalui meme, kesadaran warga mengenai isu-isu politik, ekonomi, hukum, maupun sosial dibentuk dengan cara yang satir, sekaligus getir. Betapa tidak getir, biarpun rakyat banyak sudah mengajukan protes, para elite tetap saja tutup mata, telinga, dan matahati mereka. (gambar dari http://infosihh.blogspot.co.id/) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu