Berbahagialah Agar Sukses

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pandangan lama mengatakan bekerja keraslah agar sukses dan kebahagiaan akan datang. Riset mutakhir menunjukkan: kunci meraih sukses ialah kebahagiaan.

Banyak orang masih berpegang pada adagium lama: “Jika kamu bekerja keras, kesuksesan akan datang. Selanjutnya, bila kita sukses, kita akan hidup bahagia.” Namun temuan ilmiah mutakhir menunjukkan adanya jalan lain untuk mentautkan keberhasilan dan kebahagiaan. Temuan-temuan mutakhir dalam bidang psikologi positif dan neuroscience membuat pendapat lama itu perlu direvisi.

Temuan itu menyebutkan, bila kita berpikir dan bersikap positif, otak kita akan bekerja dengan lebih baik. Ketika kita bahagia, kita akan beraktivitas dengan lebih kreatif, lebih terlibat dalam urusan yang jadi tanggung jawab kita (engaged), lebih termotivasi, lebih energetik, tahan banting dalam menghadapi tantangan, dan lebih produktif dalam bekerja.

Para psikolog dan neuroscientist melihat data yang mengejutkan sebab data tersebut memperlihatkan perbedaan dengan anggapan yang berlaku selama ini. Mengutip data itu, jika kita bahagia, kita akan mampu mengatasi stres (kita akan memandang persoalan sebagai tantangan ketimbang ancaman yang membuat kita takut atau berkeluh kesah), membuat kita mampu memecahkan persoalan dengan lebih baik, hasilnya bisa diperoleh lebih cepat, serta outcome lain yang lebih positif akan didapat. Gambaran perubahan itu kira-kira seperti ini:

Pandangan lama: Kerja keras --> Sukses --> Bahagia

Pandangan baru: Bahagia --> Kerja senang --> Sukses

Kecerdasan dan kerja keras, menurut penelitian mereka, seperti diungkapkan oleh Shawn Achor, akademisi Harvard University dan penulis buku Happiness Advantage, hanyalah bagian kecil dari pendorong keberhasilan. Riset menyebutkan bahwa hanya 25% keberhasilan pada pekerjaan tertentu dapat diprediksi dengan menggunakan IQ, sementara 75% keberhasilan dalam pekerjaan diprediksi dari tingkat optimisme, dukungan dan koneksi sosial, serta kemampuan kita memandang stres sebagai tantangan ketimbang sebagai ancaman. Tiga hal yang disebut terakhir inilah indikator dari kebahagiaan.

Lalu bagaimana kita agar bisa lebih bahagia? Dari riset tersebut dapat dipetik pelajaran bahwa faktor paling menentukan bagi kebahagiaan berasal dari cara otak kita memproses dunia ini. Tetap bersikap positif dan tetap membumi membantu kita ‘melatih otak agar bahagia’. Menurut Achor, kunci untuk meraih kebahagiaan ialah mengubah cara berpikir (mindset) dan berperilaku dalam menghadapi kehidupan.

Ketika berada dalam ‘keadaan positif’, otak akan menunjukkan kinerja yang jauh lebih baik dibandingkan dengan keadaan negatif, netral, atau tertekan. Faktanya, kecerdasan kita meningkat (karena kita mampu berpikir jernih), kreativitas kita meningkat, dan tingkat energi kita bertambah ketika kita dalam keadaan positif—senang, bahagia, optimistis. Riset juga menunjukkan bahwa dalam kondisi positif otak akan lebih produktif 31% lebih tinggi dibandingkan dengan bila dalam kondisi negatif, netral, atau tertekan.

Jadi, pendeknya, bekerjalah dengan senang. Bila pekerjaan Anda tidak menyenangkan, Anda harus bekerja ekstra keras untuk meraih keberhasilan. **

Bagikan Artikel Ini
img-content
dian basuki

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Urban

Lihat semua