x

Ilustrasi Kepemimpinan. Pixabay.com

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 Juni 2020 19:17 WIB

Apakah Pemimpin Kita Cukup Dewasa?

Di masa sukar seperti sekarang, tanggung jawab pemimpin politik bukan hanya perkara menjalankan praktik-praktik kekuasaan, tapi terlebih-lebih adalah memandu rakyat kepada tujuan yang benar, menempuh jalan yang benar, dan dengan cara yang benar. Bersikap dewasa dalam menanggapi keadaan dan mengambil sikap serta keputusan adalah tantangan para pemimpin dalam membawa bahtera bangsa ini keluar dari kegentingan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya


Pandemi corona dan berbagai peristiwa yang berlangsung selama wabah ini merupakan ujian kedewasaan berbangsa bagi semua orang. Ini ujian bagi rakyat kecil dan terlebih-lebih lagi ujian bagi pemimpin; baik yang memimpin karena sedang memegang jabatan tertentu maupun memimpin karena kepemimpinannya diakui oleh masyarakat luas.

Bayak tantangan muncul saat pandemi, sejak cara-cara pemerintah menangani pandemi, sikap dan perilaku masyarakat hidup di tengah wabah, gaya pemerintah dan DPR yang terlihat bergegas mengerjakan undang-undang seakan-akan khawatir diinterupsi oleh masyarakat, hingga protes masyarakat terhadap RUU Haluan Ideologi Pancasila dan insiden pembakaran bendera PDI-P. Semua kejadian ini merupakan tantangan yang memerlukan kepemimpinan yang dewasa.

Kedewasaan kepemimpinan ditunjukkan oleh cara pemimpin menyikapi keadaan yang berubah cepat dan mengambil keputusan. Situasi genting dan darurat akan menyingkapkan karakter pemimpin sebagai individu maupun sebagai tim. Sebagi tim, mereka diuji kesamaan visinya, kerjasama, kemampuan komunikasi, ketangguhan mengatasi rintangan, hingga kematangan emosi. Karena mereka tengah dalam posisi memimpin, kedewasaan mereka akan sangat memengaruhi kedewasaan masyarakatnya: bagaimana bersama-sama mengatasi persoalan secara dewasa, yang menjunjung kepentingan bersama.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Para pemimpin seyogyanya dapat memetik pelajaran dari praktik sosial yang berjalan selama pandemi bahwa konflik seringkali terjadi karena keengganan pemimpin untuk mendengarkan suara rakyat. Para pemimpin politik terlihat sangat percaya diri bahwa apapun yang mereka putuskan, rakyat tidak berada dalam posisi yang mampu menahan laju mereka.

Masukan, kritik, dan protes memang terjadi, namun para pemimpin tampak percaya diri bahwa kendali sepenuhnya berada di tangan mereka, sehingga masukan, kritik, dan protes tersebut kurang memperoleh perhatian pemimpin. Pengabaian seperti ini melahirkan bibit-bibit ketidakpuasan sebab suara rakyat tidak tersalurkan dengan baik dan bahkan menemui jalan buntu.

Pemerintah dan DPR terlihat berjalan sendiri karena merasa bahwa mereka telah memperoleh mandat dari rakyat dan karena itu berhak membuat aturan apapun dan melakukan tindakan apapun tanpa berkonsultasi secara intensif dengan rakyat. Para elite politik seringkali lupa bahwa mereka bukan diberi blanko kosong yang boleh mereka isi sesuka hati.

Mereka dipilih oleh rakyat dan diberi mandat oleh rakyat untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat, namun bukan berarti bahwa kemudian pilihan dan mandat tersebut hanya sebagai alat legitimasi belaka. Pilihan dan mandat rakyat itu mesti ditempatkan sebagai amanah yang penting untuk dipertanggungjawabkan. Menjadi persoalan ketika pemerintah dan DPR praktis satu suara dengan minoritas yang terkucil.

Di masa sukar seperti sekarang, tanggung jawab pemimpin politik bukan hanya perkara menjalankan praktik-praktik kekuasaan, tapi terlebih-lebih adalah memandu rakyat kepada tujuan yang benar, menempuh jalan yang benar, dan dengan cara yang benar. Ketika para pemimpin lebih mengedepankan kepentingan kelompok, rakyat akan merasa bahwa suara mereka tidak didengarkan. Rakyat akan merasa sebagai 'orang luar' dalam perjalanan bangsa ini karena dominannya peran kaum elite.

Bersikap dewasa dalam menanggapi keadaan dan mengambil sikap serta keputusan adalah tantangan para pemimpin dalam membawa bahtera bangsa ini. Pemimpin yang telah lama terjun di masyarakat semestinya memahami benar pentingnya kedewasaan ini agar masyarakat tetap solid. Berbagai persoalan semestinya dapat diatasi dengan cara yang dewasa. Sayangnya, godaan untuk merasa benar sendiri kerap terjadi manakala orang bertambah usia. >>

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler