x

Iklan

Biladi Muhammad Wiragana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 24 Januari 2021

Sabtu, 31 Juli 2021 06:11 WIB

Meme dan Sarkas, Usaha Netizen Kontrol Rezim Jokowi

Tren meme dan sarkas terus berulang balakangan ini sebagai tindakan kritik kepada pemerintah ketika kebijakan dinilai tidak sesuai dengan harapan masyarakat

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Cara baru netizen kontrol pemerintahan adalah melalui meme dan sarkas di jagat media sosial. Baru-baru ini Rektor UI, Ari Kuncoro yang telah diizinkan untuk rangkap jabatan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), mundur dari jabatannya sebagai Wakil Komisaris Bank BRI. Hal ini merupakan buntut panjang dari meme dan sarkas netizen di jagat dunia Twitter yang dijuluki “Rektor Sakti” karena Jokowi mengubah peraturan pemerintah statuta UI setelah dirinya diketahui melanggar PP rangkap jabatan. Di peraturan baru tersebut Jokowi mengakomodir untuk para rektor untuk memiliki jabatan lain sebagai komisaris BUMN.

Sebelumnya juga terdapat sarkas “bismillah komisaris” yang mengkritisi politik balas budi yang diterapkan oleh pemerintah Jokowi serta meme tukang bakso intel yang menjadi lelucon bagi setiap netizen yang mengkritik pemerintah.

Meme dan sarkas pun dinilai efektif bagi masyarakat untuk mengontrol pemerintahan, dengan melakukan social judgement, hukum sosial masyarakat dapat diterapkan hingga ke pemerintahan. Hal ini pun dinilai efektif karena setelah beberapa hari kemudian, Ari Kuncoro memilih untuk fokus pada tanggung jawab sebagai Rektor UI dan mundur dari Wakil Komisaris Bank BRI.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Salah satu konten kreator, Ridwan Hanif ikut melakukan sarkas terhadap kebijakan Jokowi tersebut, “Rektor UI kalau nerobos lampu merah, aturannya langsung diubah, lampu ijo jadi berhenti, merah jadi jalan” melalui tweetnya di Twitter. Sarkasnya pun ramai diikuti oleh netizen lain di Twitter. Berikut beberapa tweetnya:

“Rektor UI kalo di alam kubur malah ngasih pertanyaan ke munkar nakir”

“Rektor UI kalo nyebrang rel, kretanya yg harus berhenti”

“Rektor UI pas nunggu ditawarin pulsa di alfamart, ama kasirnya malah ditawarin “ga sekalian komisaris Telkom nya pak?”

Via daring, salah satu akademisi dosen komunikasi politik STISIP Widuri Jakarta, Gun Sukirman, S.Sos., M.Ikom. pun turut memberikan pendapatnya mengenai fenomena ini dari kacamata ilmu komunikasi. “Meme merupakan pesan yang dikemas sedemikian rupa sehingga lebih menarik, sehingga diharapkan pesan yang disampaikan bisa efektif. Demikian juga sarkasme, sering digunakan di media sosial yang berupa sindiran terhadap sesuatu dan masalah tertentu ditujukkan kepada seseorang”.

Hal ini dikarenakan perubahan sosial budaya, saat ini meme dan sarkas digunakan seseorang untuk membuat konten kepada lawannya. Dan di era media baru, hal ini seolah-olah sudah menjadi hal yang biasa, walaupun tidak tepat terkait etika komunikasi.

Beliau pun enggan berkomentar lebih jauh mengenai situasi perpolitikan saat ini, tetapi yang beliau garis bawahi yaitu penyampaian pendapat harus disampaikan dengan baik agar tidak melanggar UU ITE, namun UU ITE itu sendiri masih harus dilengkapi kembali.

Ikuti tulisan menarik Biladi Muhammad Wiragana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler