Mimpi dalam Lembayung Senja

Minggu, 21 November 2021 07:57 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

cerita ini hanya fiksi belaka

Dia cewek masih SMA yang hanya tinggal bersama ibunya karena dia anak yatim. Ibunya merupakan sosok panutannya, Ibunya seseorang wanita yang kuat, tangguh, pekerja keras dan sangat menyayangi dirinya. Dia ingin seperti ibu nya, walaupun perempuan ibunya bisa melakukan apa saja.

Namun semuanya berubah ketika suatu hari, yaitu pada acara pertemuan keluarga. Dia tidak tahu jika hari itu adalah titik balik dari semuanya. Sumber rasa sakit dan kepercayaannya runtuh. Tidak ada lagi senyuman, tidak ada lagi tertawa, tidak ada lagi kehangatan.

Pada pertemuan itu awalnya biasa saja keluarga berkumpul hangat, bercerita, dan makan bersama. Namun, Tiba-tiba ada orang asing yang masuk kerumah, kedatangan mereka disambut hangat oleh keluarga besar, termasuk ibunya. Aku ketika menjadi dia juga menerimanya. Tamu tadi diperkenalkan padaku merupakan saudara jauh. Tamu tadi terdiri dari satu keluarga  yaitu ayah, anak laki-laki seumuranku, dan seorang bayi perempuan yang manis dan lucu.

Keadaan semakin ramai karena aku suka anak-anak tentu saja aku langsung menggendong bayi tadi. Aku tertawa karena bayi tadi tertawa lucu. Lalu anak laki tadi abangnya mulai bercerita, tentang ibunya yang meninggal ketika melahirkan bayi tersebut. Aku lupa namanya, sungguh. Tapi dimimpi aku ingat jelas perawakanya yaitu memakai kaos hitam dan celana pendek hitam, ia tinggi bahkan melebihi aku dan lumayan kurus, dia berkulit bersih dan memakai tas hitam kecil. Jika dilihat dia dari keluarga yang berada.

Hari berganti, kali ini aku menginap sementara di rumah nenek dari ayahku yang meninggal. Alasanku ke sana karena di rumahnya itu dekat dengan gunung yang ingin aku daki, sebenarnya hanya bukit biasa tapi jika sampai puncak kita dapat melihat seluruh pemandangan di daerahku. Sebenarnya rumahku dan nenek itu dekat karena hanya beda area saja.

Karena aku mau naik ke gunung aku mencoba ke sana. Di sana aku bertemu dengan teman-teman ku yang kebetulan juga mau naik gunung, tapi ketika mau masuk dan beli tiket ternyata belum dibuka karena pandemi. Tapi kami beralasan jika kita berasal dari daerah tersebut dan akhirnya diperbolehkan, tetapi karena mendung kita tidak jadi naik. Aku pulang, tapi kali ini ke rumah.

Ketika di rumah aku melihat Ibuku. Ibuku itu cantik dan manis. Ketika mimpi aku tidak melihat wajahku karena jadi tidak tahu aku seperti apa. Aku melihat Ibu duduk di kursi ruang tengah. Rumah begitu ramai tidak tahu ada acara apa. Aku memeluk Ibu dan menanyakan kabar beliau.

"Ibu apa kabar?" Tanyaku
"Ibu baik." Jawab Ibu sambil tersenyum dan membalas pelukanku.
"Jadi naik gunung belakang itu?" Tanya ibu.

Aku memang bercerita jika mau naik gunung itu, karena itu adalah mimpiku. Sedikit aneh karena aku orang sana tapi belum pernah naik ke gunung tersebut. Dulu Ibu bercerita pertama kali ayah dan ibu ketemu itu di gunung sana.

"Belum jadi bu, masih belum berani." Jawabku.

Disela percakapan antara Aku dan Ibu datanglah mbak-mbak yang aku yakin tetanggaku itu dan membawa sebuah kotak yang berisi baju kebaya berwarna biru.

"Mbak kebayanya mau disimpan dimana? " Tanya mbak tadi.
"Di kamar aja." Jawab Ibu
"Itu kebaya siapa bu? Punya Ibu?" Tanyaku kepada Ibu karena penasaran
"Iya Ibu pesan kebaya," Kata ibu.

Tidak Aku sangka laki-laki di acara keluarga kemarin datang lagi dengan menggendong adeknya, aku langsung menyambutnya dan mengambil alih gendonganya. Waktu itu aku tidak bertanya, mengapa seorang tamu tapi bisa tinggal lama disana?.

"Aishh lucunya, kamu mau apa sayang? Mau susu? " Kataku pada bayi yang sudah aku gendong. Tentu saja bayi itu hanya ketawa-ketawa.

Lalu aku mengobrol dengan Abang dari bayi tadi. Dia walaupun awalnya pendiam ternyata orangnya  asik juga ketika diajak ngobrol. Kita menceritakan banyak hal, tentang aku yang mau naik ke gunung, menginap di rumah nenek dan banyak hal lainya. Ditengah obrolan kita tiba-tiba adek bayi menangis. Dengan sigap kakaknya tadi langsung ke belakang dan membawa botol susu. Aku langsung paham jika adek bayi ini kelaparan.

Setelah memberi susu adek tadi langsung diam dan tertidur karena kau terus mengelus alisnya. Ya, itu sangat manjur untuk mendurkan bayi. 

Hari telah berganti, Aku berada di gunung dan berharap bisa naik di gunung itu tapi tetap tidak yakin untuk itu aku hanya berada di kakinya dan menikmati pemandangan hamparan sawah yang luas dan kesejukan angin yang berhembus. Lalu pulang kerumah nenek

Ketika pulang aku bermain HP dikamar dan melihat story temanku dan melihat story abang dari adek bayi yang berselfi di tempat yang baru aku datangi. Aku kesal kenapa tadi aku pulang duluan, seandainya tidak pasti aku dan dia sudah bertemu.

Setelah itu temanku datang kekamar. Dikamarku banyak bekas makanan popmie jadi aku langsung membereskanya. Hal ini sudah biasa karena jika malam Aku suka makan popmie. Temanku itu bertanya tadi Aku jadi naik gunung nggak? Jika enggak misal keliling dunia backpacker an mau tidak? Temanku bertanya seperti itu, tentu saja Aku mau karena didunia asli Aku punya mimpi buat keliling dunia.

"Maulah.. Kapan?"
"Kita agendakan aja dulu dan list budgetnya berapa." Jawabnya
Aku dengan semangat menganggarkan budgetnya, tentu saja dengan menyeduh pop mie.

.

.

Inilah harinya, hari aku siap untuk berkeliling dunia. Aku mulai mempersiapkan baju-baju yang ada dirumah nenekku dan membawa baju seadanya karena berniat untuk backpacker an. Setelah semuanya, aku menghubungi temanku jika aku tidak bisa menemaninya buat ke acaranya. Karena semua beres, aku berniat untuk pulang, karena aku sudah lama tidak pulang.

Aku naik motor pulang kerumah, tetapi ketika sampai disana hal yang tidak aku pikirkan terjadi. Rumah begitu ramai dengan orang-orang yang bahkan tidak aku kenal, Aku deg-deg an berusaha menyangkal pikiran negatif yang muncul diotak. Lalu semuanya menjadi nyata ketika, aku melihat seseorang disana duduk memakai kebaya biru yang aku lihat beberapa hari yang lalu, dengan wajah penuh riasan pengantin yang cantik. Itu Ibuku, dia menjadi pengantin. Air mataku luruh begitu saja, aku langsung mendatangi Ibu yang duduk di altar pengantin tadi.

"Ini apa-apaan Ibu?" Tanyaku pada ibuku dengan lirih. Namun Ibuku hanya diam.

"INI APAAN IBU??!!" teriaku pada Ibu.

Lalu datanglah laki-laki yang aku yakini merupakan suami baru ibu. Orang itu adalah laki-laki yang datang bersama kedua anaknya ketika ada acara keluarga besar kemarin. 'Ah atau mungkin acara lamaran?'

"IBU JAWAB? KENAPA IBU TEGA MEMBOHONGIKU SELAMA INI?!! AKU SUDAH BESAR PASTI PAHAM, TAPI APA ?KENAPA IBU MALAH DIAM-DIAM MENIKAH SEPERTI INI?  AKU ANAK IBU, AKU PERLU TAHU!! " teriakku sambil menangis, aku tidak peduli lagi aku mengungkapkan semua isi hatiku, hatiku sesak.

Kenapa Ibu tega sekali. Dia orang yang aku percaya, tapi ternyata dia tidak mempercayaiku.

Aku menatap sekelilingku melihat laki-laki remaja seusiaku tadi hanya menatap iba kepadaku. 'Dia tahu semuanya?' batinku

Lalu aku tertawa kencang dan menangis. Ku tatap satu-satu orang yang disana, banyak sekali keluarga besarku, tapi apa? Ternyata mereka pembohong ulung.

"HAHAHAHA, KALIAN TEGA YA? BAIKLAH KALAU BEGITU ANGGAP AJA SEKALIAN KEDEPANNYA AKU TIDAK ADA, AKU SUDAH MATI, TIDAK ADA AKU, CORET SAJA AKU DARI KARTU KELUARGA. AKU TIDAK INGIN NAMAKU TERTULIS DENGAN KELUARGA YANG TEGANYA MEMBOHONGI ANAKNYA SENDIRI. OH DAN SELAMAT NYONYA ATAS PERNIKAHAN NYA, SELAMAT JUGA ATAS KEHILANGAN ANAK PEREMPUAN NYA"

Setelah mengatakan itu semua Aku pulang ke rumah nenek dan merapikan semua bajuku, karena aku mau mempercepat kepergianku. Aku tidak sanggup berdekatan dengan orang yang MEMBOHONGIKU, hatiku akan sakit. Aku berencana untuk tinggal di rumah nenek yang sudah meninggal walaupun di sana sudah tidak terurus dan dekat dari rumah, setidaknya nanti aku tidak bertemu dengan para penghianat.

Keesokan harinya Aku dengan membawa tas pergi ke rumah peninggalan nenek tapi ketika aku melewati rumahku Ibu ku ada didepan rumah menggendong adek bayi. Melihat itu aku mendesis tidak suka, tapi entah kakiku malah membawaku kesini didepan Ibuku.

"Mau masuk kerumah?" Tanya ibuku.
"Tentu saja tidak nyonya, saya hanya berbela sungkawa karena atas meninggalnya putri anda. Oh, tapi anda tidak sedih ya karena sudah mendapatkan putri baru." Ujarku dingin.
"Sayang bukan begitu. Ibu ingin menjelaskan semuanya," Kata ibuku
"Sudah basi nyonya, seandainya nyonya mengatakan dari awal mungkin aku akan merestui ibu, karena aku lihat om itu baik. Tapi apa? Aku dianggap tidak ada. Jadi, mungkin hari ini hari terakhir nyonya melihat saya. Oh ya, apakah nama saya sudah dihapus dari kartu keluarga? " Ungkapku.

Aku sudah tidak kuat, aku harus pergi dari sini.

"Tidak ada jawabanya nyonya? " Ujarku lagi.

Aku tidak tahu kenapa ibu hanya diam, dan itu membuatku semakin kecewa dan sakit. Semua orang disini pembohong, manusia itu pembohong. Aku tidak kuat, tidak ada orang yang benar-benar menyayangiku, aku harus pergi dari sini dari dunia ini.

Aku melangkahkan kaki menuju rumah nenek. Rumah nenek ini kecil dan gelap, tapi aku tidak peduli. Aku langsung masuk dan menangis sejadi-jadinya. Aku berpikir untuk mengakhiri semuanya dengan dua pilihan, pergi dari sini dengan meninggalkan dunia ini atau mengelilingi dunia ini. Aku takut dengan kematian, tapi jika aku dapat melewati kematian mungkin aku akan bertemu ayahku yang menyayangiku dan tidak akan meninggalkanku.

Iya itu pilihan terbaik.

Aku bergegas mengambil pisau yang sudah berkarat didapur lalu ketika Aku mulai akan menyayatnya, ada seseorang yang memeluk dari belakang dan memegang pergelangan tangan yang ingin aku sayat.

"Jangan... " Lirihnya di belakang leherku
"Aku disini... " Lanjutnya

Aku mengenali suara itu, suara laki-laki yang sering menggendong bayi. Suara kakak tiriku.

Lalu Aku terbangun dengan mata yang sembab dan dada yang sesak. Mengingat semua itu merupakan sebuah mimpi yang terus berulang seakan selalu mengingatkanku akan semua kesalahan yang telah Aku perbuat sebelumnya yang berakhir pada penyesalan. Mimpi yang selalu terjadi ketika lembayung senja mulai datang.

Iya, sekarang ia tidak dapat bertemu kembali dengan  keluarganya. Apakah Aku memilih dari dua pilihan tadi? jawabanya ialah Tidak. Aku tidak memilih kedua pilihan tadi, tapi entah kenapa ketika Aku tidak memilih kedua pilihan tadi, Aku mendapatkan jawabanya yaitu mereka yang pergi meninggalkanku. Sangat lucu ketika Aku yang ingin meninggalkan mereka tetapi ternyata mereka yang meninggalkanku sendirian di dunia ini.

Lembayung senja telah hilang, malam telang datang, dan langit melahirkan bulan dan bintang.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Nia Ifta Zhabilla

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Mimpi dalam Lembayung Senja

Minggu, 21 November 2021 07:57 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Fiksi

img-content

Pesonamu

Sabtu, 14 September 2024 20:27 WIB

img-content
img-content
Lihat semua