x

Rumah buku firza

Iklan

Aslan Rakhan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 9 Agustus 2022

Minggu, 14 Januari 2024 16:12 WIB

Dunia Na

Mam tak menginginkan kelahiranku karena hanya akan membatasi ruang geraknya. Lagipula ia mendapatkanku dari sebuah hubungan yang tak ia harapkan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Apa kau berbeda dengan kebanyakan orang sepertiku?

Aku berbeda, bukan karena aku menderita suatu penyakit atau kelainan fisik, bukan itu. Aku memang berbeda secara fisik dari saudara-saudaraku. Sangat berbeda. Aku, tidak seperti mereka yang memiliki penampilan sangat menyenangkan bagi semua orang. Aku hanya seorang anak perempuan yang biasa-biasa saja dalam prestasi di sekolah. Aku juga tidak terlalu menarik setidaknya karena kulitku yang sangat gelap ini.

Sesuatu yang membuatku sering dijadikan bahan ejekan. Ah, sudah biasa itu. Hal yang membuatku sangat berbeda mungkin kelahiranku, jika biasanya kelahiran seorang anak sangat diharapkan, aku bukanlah anak yang diimpikan atau diharapkan. Aku anak yang lahir secara kebetulan, yang diterima dengan terpaksa karena semua usaha Mam untuk menggugurkan aku waktu dalam kandungan selalu gagal.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ingin tahu kenapa Mam tidak ingin aku lahir? 

Mam, sangat tidak ingin aku lahir, karena jelas aku akan menjadi beban baginya, kehadiranku akan membuat ruang gerak Mam sangat terbatas. Lagipula, Mam mendapatkanku bukan dari sebuah hubungan yang dia inginkan, bukan dari lelaki yang dia cintai. Aku lahir dari hubungan antah berantah, dari lelaki yang entah siapa dan entah yang mana. Kurasa kalian sudah bisa menduga aku anak apa, aku hanya sebuah titipan yang entah kenapa dititipkan Tuhan pada wanita yang tidak siap untuk kupanggil Ibu. 

Ayahku, Mam saja tidak tahu siapa dan yang mana. Ah, ya harus kukatakan Mam adalah wanita malam yang selalu berangkat sesaat sebelum magrib dan pulang saat pagi menjelang. Dari hubungan seperti itulah aku lahir, kalian paham, kan? Jadi aku tidak bisa bertanya siapa ayahku, hanya Tuhan yang tahu. 

Aku dan Mam tinggal di sebuah rumah susun yang berada di lantai 20, hiruk pikuk dan semrawut. Tak perlu detail mungkin aku menggambarkan seperti apa kondisi lingkunganku, bagi yang pernah menyambangi atau bahkan sekedar lewat pasti mengerti. Banyak wanita seperti Mam di sini, jadi tidak ada lagi yang berbisik-bisik di belakang jika tiba-tiba ada yang hamil tanpa suami atau bahkan tinggal bersama tanpa menikah.


Aku tak ingin terlibat dengan dunia Mam, tapi aku tak bisa mengelak karena terlanjur ada di dalam dunia Mam. Aku melihat dan mendengar, tak bisa kuhentikan. Dunia Mam, dunia yang tak ingin kujejak sekalipun aku ada di dalamnya.

Mam melarangku sekolah, bukan karena  tidak bisa membiayaiku tapi karena Mam tidak ingin kehilangan waktu dan materi untuk sesuatu yang menurutnya tak berguna. Mungkin kedengaran kuno di era begini masih ada yang beranggapan sekolah bukan sesuatu yang penting. Seperti dirinya, Mam ingin aku bisa menafkahi hidupku sendiri dan Mam bisa bebas.

Aku memilih jalan berbeda, koran dan kotak semir adalah sahabatku setelah pulang dari sekolah. Menenteng koran dan kotak semir aku berkeliling di stasiun dekat rumah hingga malam. Setidaknya cukup untuk mengisi perut dan sebuah buku setiap hari. Mam selalu marah jika aku membeli buku, tapi aku lebih bisa menahan amarah Mam dari pada menahan diri untuk sebuah buku. 

Pernahkah kalian membayangkan hidup diantara pilihan meninggalkan ibu yang melahirkanmu dengan sejuta rasa sakit ataukah menjauh dari dunia yang membuatmu merasa seperti berada di negeri asing? Aku tak bisa meninggalkan Mam, bagaimana jika terjadi sesuatu pada Mam? Di sini tidak ada yang peduli pada orang lain, sakit sekalipun. Bahkan jika ada yang meninggal mereka hanya akan datang melayat sebentar lalu "oh.." dan berlalu. Jika aku pergi dan Mam sakit siapa yang akan menjaga dan merawatnya? 

Selain buku, Mam adalah dunia terbesarku. Mam, sekalipun tak pernah memperlakukanku seperti seorang anak, dia tetap ibuku. Menjerit untuk meneriakkan penolakan pun tak akan mengubah apapun, Mam ibuku, titik. Baik atau buruk Mam memperlakukanku, surgaku tetaplah di bawah kakinya. Seorang teman pernah protes, memangnya ibu yang hidup dengan cara seperti itu bisa menyediakan surga bagiku? Apapun pekerjaannya, bagiku surgaku tetaplah di bawah kakinya. 

Sekalipun Mam tidak pernah bersikap manis padaku, aku tetap sayang Mam. Pukulan yang sering mampir di tubuh kurusku kuanggap sebagai wujud kasih sayang Mam yang tidak ingin aku melakukan kesalahan. Ya, nikmati saja, itu lebih baik bagiku dan Mam. Kemarahan, semua caci maki adalah hal biasa di sini. Ungkapan kotor sarapan setiap pagi kami. Dengarkan saja dan biarkan berlalu. Jika kau terlalu peduli untuk mengoreksi semua itu, kau akan dilempar keluar rusun. 

Dan Mam mulai mengerti duniaku sekarang. Mam mulai mengerti bahwa aku tak ingin jadi seperti dirinya. Bahwa aku ingin jadi orang yang berbeda. "Kau akan malu jika kelak keluar dari dunia kita sekarang sebagai seorang yang terdidik. Kau akan malu punya aku sebagai ibumu," ujar Mam, saat untuk kesekian kalinya menyuruhku berhenti sekolah.

"Semua teman Na tahu, dan Na tidak pernah malu Mam," jawabku menatap wajah Mam. Dia berpaling, aku sempat melihat air mata di sudut matanya yang mulai berkerut halus. 

"Terserah kau saja, tapi jangan menyalahkanku jika kelak kau sakit hati dengan gunjingan orang," Mam pergi.

Tidak akan pernah Mam, aku tak pernah bisa marah padamu. Karena aku tahu Mam, sangat tahu pedih yang kau rasakan. Aku tahu air mata yang kau tahan saat para lelaki itu menjamahmu. Aku tahu Mam, kau muak dengan semua ini namun tak berdaya keluar dari sini. Karena aku tahu kau berharap semua janji "Mami" akan ditepati pada waktunya. Dan aku juga tahu Mam, seperti juga dirimu mengetahuinya, janji itu hanya pepesan kosong. 

Karena itulah aku memilih dunia yang berbeda Mam, aku tak ingin menabung air mata seperti yang ia lakukan bertahun-tahun ini. Aku ingin dunia melihatku dengan cara berbeda, bukan seperti selama ini yang kita terima. Aku Rana, putri yang akan mengubah duniamu. Dunia yang membuatmu muak ini akan kuubah menjadi dunia yang selalu membuatmu tersenyum.

Biarlah sekarang semua orang menertawaiku, menganggap semua upayaku hanya akan sia-sia. Bahwa aku tidak akan pernah bisa keluar dari lingkaran ini. Sesulit apapun, aku percaya aku bisa. Bersabarlah Mam.

Ikuti tulisan menarik Aslan Rakhan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 jam lalu

Terpopuler