Pola Hubungan dan Luka Masa Kecil: Mengapa Kita Tertarik pada Pasangan Tertentu?

Senin, 13 Januari 2025 15:55 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Fakta Hubungan Anak Perempuan Dengan Ayahnya Sangat Baik!
Iklan

Pengalaman traumatis di masa kecil bisa mempengaruhi cara kita menjalin hubungan di masa dewasa. interaksi kita dengan orang tua atau pengasuh saat kecil berpengaruh pada cara kita mencintai dan memilih pasangan.

Kenapa kita tertarik pada pasangan tertentu? Apakah kamu pernah merasa bahwa hubungan yang kamu jalani sering memiliki pola yang serupa? atau Mengapa kamu selalu tertarik pada tipe orang tertentu meskipun hubungan itu tidak selalu sehat?

Menurut Gabor Mate, seorang psikolog dan ahli trauma, cara kita mencintai dan siapa yang kita cintai berakar dari hubungan kita dengan orang tua atau pengasuh saat kita masih kecil. Kita akan mempelajari bagaimana trauma masa kecil, bahkan yang tampaknya tidak signifikan, mempengaruhi cara kita mencari validasi cinta dan penerimaan pasangan kita.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Apa itu trauma kecil? Saat mendengar kata trauma, banyak dari kita mungkin membayangkan peristiwa besar atau tragis, seperti kekerasan, bingung, atau kehilangan orang yang kita sayangi. Namun, trauma tidak selalu berhubungan dengan peristiwa besar.

Menurut Gabor Maté, ada dua jenis trauma, yaitu trauma besar atau "big T" trauma, seperti kekerasan atau kehilangan besar, dan trauma kecil atau "small t" trauma, seperti perasaan tidak cukup dicintai, diabaikan atau tidak diterima ketika kecil. Trauma kecil ini seringkali tidak terlihat, namun dampaknya bisa bertahan seumur hidup.

Misalnya, jika kamu merasa harus selalu menjadi anak yang baik untuk mendapatkan perhatian orang tua, kamu mungkin tumbuh dengan keyakinan bahwa cinta harus diperjuangkan. Jika kamu merasa diabaikan saat kecil, kamu mungkin tumbuh mencari pasangan yang memberikan perhatian penuh kepadamu, atau sebaliknya, mencari pasangan yang juga cenderung mengabaikanmu karena itu adalah pola yang sudah familiar bagimu.

Teori validasi dan koneksi Gabor Mate menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang sangat membutuhkan koneksi saat kecil, dan yang paling penting adalah cinta dan penerimaan dari orang tua atau pengasuhnya. Ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi, kita mulai mencari pengganti di masa dewasa, terutama dalam hubungan romantis, di mana kita cenderung memilih pasangan yang mencerminkan pola hubungan kita dengan orang tua kita, baik itu dengan cara yang sehat atau dengan cara yang tidak sehat.

Kemudian pasangan kita menjadi cermin dari luka masa kecil kita yang belum sembuh, mencoba memperbaiki diri melalui mereka, meskipun seringkali ini terjadi tanpa kita sadari. Salah satu pola yang paling umum adalah mengulangi pola orang tua yang dingin atau tidak responsif. Jika orang tua kamu cenderung dingin atau tidak responsif, kamu mungkin memilih pasangan yang sulit diakses secara emosional. 

Kenapa? karena kamu berusaha menyelesaikan luka lama dengan memenangkan cinta dari seseorang yang mirip dengan orang tua kamu, kemudian pencarian validasi berlebihan jika kamu merasa diabaikan atau dibanding-bandingkan saat kecil, kamu mungkin mencari pasangan yang selalu memuji dan memberikanmu validasi dan juga ketergantungan emosional, jika kamu tumbuh dengan ketergantungan emosional pada orang tua kamu mungkin cenderung menjadi sangat membutuhkan dalam hubungan atau sebaliknya takut terlalu dekat.

Menurut attachment theory oleh John Balby ini adalah dasar dari gaya keterikatan yaitu attachment style kita, secure attachment aman jika kebutuhan cinta kamu terpenuhi dengan baik kamu cenderung membangun hubungan yang sehat. Anxious attachment atau cemas jika cinta kamu tergantung pada usaha untuk mendapatkannya, kamu cenderung menjadi pasangan yang terlalu membutuhkan. Avoidant attachment atau menghindar jika kamu merasa cinta itu menyakitkan atau tidak bisa diandalkan, kamu mungkin menghindari keterikatan emosional.

Mengapa kita memilih luka yang familiar? mungkin kamu bertanya-tanya kalau itu menyakitkan kenapa saya terus memilih pasangan yang mengulang pola masa kecil saya sendiri? jawabannya ada di otak kita, rasa familiar memberikan rasa aman, otak kita cenderung mencari sesuatu yang familiar bahkan jika itu tidak sehat ketika pola cinta masa kecil kamu melibatkan rasa tidak aman, otak kamu mungkin menganggap itu sebagai hal yang normal kemudian upaya untuk menyelesaikan masa lalu dalam psikologi ini disebut Repetition Compulsion.

Kita terus mengulang pola lama dengan harapan kali ini hasilnya berbeda contohnya, Kamu mungkin tertarik pada pasangan yang emsionalnya tertutup berharap kali ini kamu bisa membuat mereka membuka diri, sesuatu yang mungkin kamu harapkan dari orang tua kamu saat kamu kecil kemudian trauma yang tidak sembuh menarik trauma lainnya, kita sering tanpa sadar tertarik pada orang yang juga membawa luka mereka sendiri sehingga hubungan menjadi ajang perjuangan emosional bukan tempat untuk saling mendukung.

Langkah-langkah praktis untuk mengatasi pola yang terbentuk dari trauma masa kecil dimulai dengan mengenali bahwa pola hubungan kita dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman awal tersebut. Kesadaran ini penting, tetapi yang tidakbkalah pentingnya adalah mengambil tindakan nyata untuk mengubah pola-pola tersebut dan menciptakan hubungan yang lebih sehat. Berikut adalah beberapa langkah praktis yang dapat kamu ambil untuk mengatasi pola-pola hubungan yang dibentuk oleh pengalaman masa kecil dan menumbuhkan kemandirian emosional yang lebih sehat.

Langkah pertama yang bisa kamu lakukan adalah melakukan refleksi diri, bisa lewat menulis jurnal atau meditasi. Coba deh tulis jurnal atau meditasi untuk menggali lebih dalam tentang pengalaman masa kecilmu dan bagaimana itu memengaruhi hubunganmu sekarang. Tanyakan pada dirimu sendiri, apa sih yang sebenarnya kamu cari dari pasangan? Apakah itu berkaitan dengan kebutuhan yang belum terpenuhi waktu kecil? Gimana perasaanmu saat pasanganmu tidak memenuhi harapanmu? Proses refleksi ini penting supaya kita lebih sadar dan tidak terjebak dalam pola yang sama terus-menerus. Menulis tentang perasaan dan pengalaman kita bisa membuka pikiran dan membantu kita menemukan pola yang mungkin selama ini tidak kita sadari.

Langkah kedua adalah melanjutkan perjalananmu dengan terapi atau konseling. Jika kamu merasa kesulitan menghadapi perasaan atau trauma dari masa kecil, berbicara dengan terapis atau konselor bisa jadi sangat membantu. Terapis akan membantumu memahami pola perilakumu dengan lebih baik dan memberikan alat atau teknik untuk mengubahnya. Ini bukan soal memperbaiki atau mengubah dirimu, tapi lebih kepada memahami diri sendiri dan menemukan cara berhubungan dengan pasanganmu dengan lebih sehat. Konseling juga bisa jadi tempat yang aman untukmu mengungkapkan perasaan dan memproses trauma yang pernah kamu alami.

Langkah ketiga adalah belajar untuk mengatur harapan dalam hubungan. Terkadang, kita membawa harapan yang tidak realistis yang sebenarnya berasal dari kebutuhan emosional kita di masa kecil yang belum terpenuhi. Jadi, penting untuk memahami cara mengatur harapan dengan lebih sehat. Misalnya, daripada berharap pasangan selalu ada untuk kita, cobalah untuk mengenali dan memenuhi sebagian kebutuhan kita sendiri. Ini bisa berarti memberi waktu untuk diri sendiri, menikmati aktivitas yang membuat kita bahagia, atau mencari cara lain untuk merasa dihargai tanpa harus sepenuhnya bergantung pada pasangan.

Langkah keempat adalah menghargai kemandirian emosionalmu ini artinya belajar untuk mengatasi perasaan sendiri dan menemukan kebahagiaan dalam dirimu bukan hanya melalui pasanganmu dan hubunganmu kemandirian emosional adalah kemampuan untuk merasa utuh tanpa mengandalkan orang lain untuk merasa dihargai atau di cintai hal ini tidak berarti kamu harus menghindari hubungan tapi kamu harus belajar untuk mencintai dan menerima dirimu sendiri terlebih dahulu

Langkah kelima adalah mengkomunikasikan kebutuhan emosionalmu secara terbuka karena terkadang kita mengharapkan pasangan kita bisa membaca pikiran kita namun tidak semua orang bisa tahu apa yang kita butuhkan jika kita tidak pernah memberitahunya jadi cobalah untuk berbicara tentang apa yang kamu butuhkan dalam hubungan tanpa merasa takut untuk menjadi rentan ini bisa melibatkan berbicara tentang bagaimana kamu ingin dihargai kapan kamu membutuhkan ruang pribadi atau kapan kamu ingin lebih banyak perhatian dengan berkomunikasi dengan terbuka, kamu bisa membangun hubungan yang lebih sehat dan lebih seimbang.

Proses ini memang nggak gampang dan perubahan nggak bisa terjadi dalam semalam. Tapi, dengan melakukan refleksi diri, terapi, dan bersikap terbuka untuk belajar, kita bisa membangun hubungan yang lebih sehat dan lebih sadar, baik dengan pasangan maupun dengan diri sendiri. Ingat, kamu nggak perlu menyembunyikan atau mengabaikan masa lalumu. Dengan memahami dan menerima pengalaman itu, kamu bisa menciptakan masa depan yang lebih baik untuk dirimu dan hubunganmu. Pilihan pasangan sering kali mencerminkan luka yang belum sembuh, tapi itu bukan akhir dari segalanya. Dengan menyadari pola dan menyembuhkan luka masa kecil, serta berusaha untuk lebih sadar, kamu bisa membangun hubungan yang sehat dan mendalam.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Alga Kai Havertz

Penulis Indonesiana

1 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler