x

Mensiasati punggung dan dinding ombak

Iklan

Mohamad Cholid

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 1 Juni 2020 12:53 WIB

#SeninCoaching: Anda Mau Lebih Kompeten Mengatasi Krisis?

Bayangkan Anda adalah seorang CEO, atau memimpin kementrian, atau Presiden (Kepala Negara), tapi gagap untuk memberikan clarity kepada para pemangku kepentingan apa tujuan hidup dan arah kepemimpinan Anda, semantara tindakan nyata Anda hanya sebatas yang normatif saja. Apa jadinya? Apakah pemegang saham, karyawan, pelanggan, pemasok, dan publik masih dapat Anda harapkan mendukung Anda -- utamanya -- dalam mengatasi krisis?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

#Leadership Growth: Embrace the Increments of Fear

Mohamad Cholid, Practicing Certified Executive and Leadership Coach,

 “Waves are not measured in feet or inches, they are measured in increments of fear,” Buzzy Trent.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Big wave surfing mulai populer sejak awal 1950-an. Saat itu Buzzy Trent hijrah dari santa Monica ke Hawaii dan menjadi pionir -- bersama George Downing dan Gregg Noll – di bidang olah raga mensiasati ombak tersebut. Buzzy dikenal secara internasional sejak kelihaiannya berselancar di atas ombak setinggi 20 kaki di Makaha, saat musim dingin 1953, difoto oleh fotograf Scoop Suzuki.

Ombak memang tidak diukur berapa inci tinggi gelombangnya, tapi dinilai oleh seberapa besar daya pikat sekaligus kekuatannya menggedor nyali, courage.  Belakangan, dengan pelbagai pelatihan secara terukur, para peselancar sudah lebih trampil dan bernyali meliuk-liuk di punggung dan di lengkung ombak setinggi kadang sampai 20 meter.

Gulungan ombak yang lebih sering tidak bisa diprediksi berapa tingginya itu juga merupakan tantangan rutin para pengarung lautan lainnya. Kegigihan mengatasi tantangan itu telah memperkuat leadership muscle para juru mudi kapal-kapal nelayan, di pelbagai perairan.

Bersama awak mereka, para nakhoda selama sekian hari (ada yang lebih dari dua pekan) akrab dengan ombak-ombak besar dan kadang harus berkawan pula dengan ketidakpastian. Sekian puluh tahun silam, ketika saya remaja memberanikan diri ikut kapal penangkap ikan dengan panjang sekitar 25 meter, bermesin 30 PK, nakhoda berbekal hanya kompas tua (dan petunjuk bintang saat langit jernih), saya mengalami defining moment.

Dari dua trip mengikuti kapal penangkap ikan, pembelajaran penting yang saya terima adalah: bekerja efektif dan pantang mengeluh. Juru mudi dan tim sama sekali tidak mengeluh bahkan ketika harus bergerak malam hari di tengah badai dan ombak besar, menuju ke titik penangkapan ikan berbeda di perairan antara Jawa dan Kalimantan.

Selanjutnya: Pemimpin harus siap dengan perspektif baru dan tangkas

Ikuti tulisan menarik Mohamad Cholid lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler