x

image: Harvard Health

Iklan

Adi Puji Kurniawan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 18 Maret 2023

Kamis, 23 Maret 2023 06:24 WIB

Benarkah MSG Bikin Otak Lemot Hingga Muncul Sebutan Generasi Micin?

Sebutan Generasi Micin tidak asing lagi terdengar di kalangan anak muda. Istilah tersebut identik dengan perilaku bodoh atau konyol. Benarkah micin atau MSG membuat otak jadi lemot? Catat, micin aman dikonsumsi sepanjang tak berlebihan dan tidak dimakan bersama bungkusnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Istilah “Generasi Micin” sudah tidak asing lagi terdengar di kalangan anak muda di Indonesia. Sebutan tersebut identik dengan perilaku anak muda zaman sekarang yang melakukan hal bodoh atau konyol. Padahal, secara sadar atau tidak kita semua justru sering mengonsumsi makanan yang mengandung micin atau MSG, buktinya masih banyak kok digunakan untuk menguatkan cita rasa makanan. Mungkin ibumu adalah salah satunya?

Banyak orang beranggapan micin atau MSG itu tidak aman bagi tubuh, bahkan bisa bikin otak lemot jika dikonsumsi berlebihan. Lalu sebenarnya micin itu apa, sih? Apakah benar anggapan bahwa micin bisa bikin otak lemot? Dear, Generasi Micin, ayo rapatkan barisanmu.

Micin atau monosodium glutamat juga dikenal sebagai MSG adalah salah satu asam amino non-esensial paling berlimpah. Bahan ini terbentuk dari tetes tebu pilihan melalui proses fermentasi menghasilkan protein glutamat yang sangat penting untuk tubuh. MSG sebenarnya tidak memiliki rasa. Tetapi bila ditambahkan ke dalam makanan, akan terbentuk asam glutamat bebas yang ditangkap reseptor khusus di otak dan mempresentasikan rasa dasar dalam makanan itu menjadi jauh lebih lezat dan gurih.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebenarnya hampir semua bahan makanan yang kita konsumsi sudah mengandung asam glutamat. Beberapa diantaranya mengandung kadar tinggi, seperti susu, telur, daging, ikan, ayam, kentang, jagung, tomat, brokoli, jamur, anggur, kecap, saus, dan keju. Termasuk juga bumbu-bumbu penyedap alami seperti vanili atau daun pandan.

Kandungan MSG juga banyak ditemui dalam berbagai produk kemasan  dan tentunya sudah mendapatkan izin dari Kementerian Kesehatan dan BPOM RI sebagai penguat rasa yang termasuk dalam daftar golongan Bahan Tambahan Pangan (BTP). Dengan demikian dapat disimpulkan MSG aman dikonsumsi dan tidak berbahaya bagi kesehatan selama tidak berlebihan dan tidak dimakan dengan bungkusnya.

Food and Drug Administration di Amerika juga telah mengelompokkan MSG sebagai generally recognized as safe (GRAS), sehingga tidak perlu aturan khusus dalam jumlah pemakaiannya. Laporan FASEB 31 Juli 1995 juga menyebutkan bahwa secara umum MSG aman untuk dikonsumsi. Bahkan WHO menggunakan MSG untuk program fortifikasi vitamin A setelah menyadari tingginya konsumsi MSG di wilayah Asia, di Indonesia pernah dilakukan pada tahun 1996. Penggunaan MSG juga bisa menjadi salah satu pilihan dalam menurunkan konsumsi garam (sodium) yang berhubungan dengan kejadian hipertensi khususnya pada golongan manula. Hal ini karena untuk mencapai efek rasa yang sama, MSG hanya mengandung 30% natrium dibanding garam.

Meskipun secara umum MSG aman untuk dikonsumsi, akan tetapi pada usia anak-anak dan remaja konsumsi MSG dapat menyebabkan efek terjadinya migrain seperti disebutkan dalam laporan Jurnal Pediatric Neurology. Usia anak-anak atau masa pertumbuhan lebih sensitif terhadap efek MSG daripada usia dewasa. MSG juga tidak boleh dikonsumsi secara berlebihan karena dapat menyebabkan peninggian ambang rangsang reseptor di otak untuk asam glutamat.

MSG juga tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh kelompok orang yang sensitif terhadap MSG karena dapat berakibat muncul berbagai keluhan, seperti rasa panas di leher, lengan, dan dada, diikuti kaku otot dari daerah tersebut yang menyebar sampai ke punggung. Gejala lain berupa rasa panas dan kaku di wajah diikuti nyeri dada, sakit kepala, mual, berdebar-debar, dan kadang sampai muntah. Untuk itu, FDA menetapkan batas aman konsumsi MSG 120 mg/kg berat badan/hari yang disetarakan dengan konsumsi garam. MSG juga tidak boleh diberikan kepada bayi yang berusia kurang dari 12 minggu.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan micin atau MSG aman untuk dikonsumsi selama tidak berlebihan. Sedangkan bagi kelompok tertentu yang beresiko terkena efek samping dianjurkan untuk menghindarinya. Sehingga anggapan bahwa micin atau MSG bisa bikin otak lemot tidak ada benarnya.

Sangat disayangkan banyak orang menganggap tingkah bodoh atau konyol anak muda itu disebabkan karena kebanyakan micin. Tapi memang benar anak muda zaman sekarang banyak tingkahnya, mulai dari yang lucu dan menggemaskan hingga yang membuat miris. Mungkin ini yang memacu orang dewasa menyebut generasi sekarang sebagai Generasi Micin.

 

Referensi:

Ardyanto, T. D. (2004). MSG dan Kesehatan: Sejarah, Efek, dan Kontroversinya. INOVASI, 1(16), 52-56.

Prawirohardjono, W., Dwiprahasto, I., Astuti, I., Hadiwandowo, S., Kristin, E., Muhammad, M., & Kelly, M. F. (2000). The administration to Indonesians of monosodium L-glutamate in Indonesian foods: an assessment of adverse reactions in a randomized double-blind, crossover, placebo-controlled study. The Journal of nutrition, 130(4), 1074S-1076S.

Ikuti tulisan menarik Adi Puji Kurniawan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB