Menjaga Akal Sehat dengan Tidak Ikut-ikutan Joget

Selasa, 21 November 2023 07:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Penting bagi rakyat banyak untuk tetap menjaga kesehatan akal dan kebersihan hati nurani. Akal sehat dan hati nurani inilah yang harus dipertahankan oleh rakyat dalam menghadapi rasa takut elite yang berlebihan akan kehilangan kekuasaan. Tidak perlu ikut-ikutan joget.

Panggung politik dan kekuasaan semakin mempertontonkan betapa akal sehat dan hati nurani telah diringkus di bawah ketiak atas nama kuasa. Ketakutan hilangnya kekuasaan menjadikan elite bersikap paranoid, sehingga jalan-jalan yang tidak bisa diterima oleh akal sehat dan hati nurani pun diterabas dan dilalui. Jika jalan itu belum tersedia, dibukalah jalan baru bagaikan Jenderal Daendels membuka Jalan Raya Jawa yang mengorbankan jiwa kaum pribumi.

Apa sesungguhnya yang ada dalam benak kaum elite ini jika bukan kuasa untuk kuasa? Masak iya sih mereka memikirkan masa depan Indonesia yang baik dengan tatanan demokrasi yang sehat? Bila mereka memikirkan masa depan Indonesia yang baik, maka pertunjukan politik yang berlangsung saat ini tidak akan meringkus akal sehat dan hati nurani di bawah ketiak mereka. Mereka pun tidak akan mengacak-acak jalur benar yang sedang dirintis dan dimatangkan menuju demokrasi yang sehat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Langkah-langkah politik kaum elite kekuasaan saat ini jelas tidak dapat diterima oleh akal sehat rakyat, tapi rakyat tidak sanggup berbuat apapun untuk membatalkannya. Aksi-aksi politik mereka pun mengingkari hati nurani, tapi rakyat tidak mampu berbuat apapun untuk menghentikannya. Setidaknya hingga saat ini rakyat hanya mampu menyaksikan pertunjukan kekuasaan yang melawan akal sehat dan mengingkari hati nurani.

Sementara itu, sekalipun kaum elite tahu bahwa aksi mereka tidak dapat dibenarkan oleh akal sehat dan mengingkari hati nurani, mereka tidak peduli. Atau, jika mereka bersikukuh bahwa aksi mereka logis dan sesuai hati nurani, ini tak lain karena hati nurani mereka sudah majal, tidak peka terhadap kebenaran, dan diliputi asap hitam. Bagaimana mungkin hati yang diliputi asap hitam bisa terkoneksi atau nyambung dengan hati nurani rakyat banyak?

Rakyat banyak semakin ditempatkan sebagai objek saja, sebagai instrumen, dan sebagai batu pijakan untuk naik ke kekuasaan dengan cara melompat setinggi-tingginya. Rakyat diperlakukan sebagai massa yang tidak berpikir, dikerahkan ke sana kemari seolah-olah rakyat mendukung. Nama rakyat dicatut dalam pidato-pidato, dalam spanduk-spanduk dan poster-poster, seakan-akan rakyat setuju. Bagaimana semua ini bisa terjadi bila bukan karena akal sehat dan hati nurani telah diringkus di bawah ketiak kuasa.

Perbincangan tentang etika dan keadaban politik menjadi sesuatu yang aneh manakala elite kuasa tidak mengacuhkannya. Ketika kritik substantif tentang adab berpolitik hanya ditanggapi dengan senyum dan joget, artinya kritik itu dianggap tidak penting sama sekali. Pada titik ini, kritik dimentahkan, disepelekan, dipersepsikan tidak bernilai, sehingga diskursus mengenai substansi kritik itu tidak berlangsung karena yang dikritik mengabaikannya dengan cara menertawakan seolah-olah kritik itu tidak layak.

Akan tetapi, pengabaian ini sesungguhnya merupakan ‘sebentuk pengakuan’ bahwa kritik tentag kemerosotan etika dan keadaban dalam hidup bernegara tersebut mengandung kebenaran. Pengakuan terselubung itu sekaligus menyulitkan yang dikritik untuk memberi jawaban yang substantif, yang ‘berdaging’ (istilah anak sekarang), apa lagi yang akademik hingga akhirnya narasi yang digunakan untuk menjawab kritik adalah ‘senyumin saja’ dan ‘jogetin saja’. Cara termudah membalas kritik ialah dengan tidak mengacuhkannya—prinsip inilah yang digunakan.

Meski tanggapan yang dikritik seperti itu, penting bagi rakyat banyak untuk tetap menjaga kesehatan akal dan kebersihan hati nurani. Akal sehat dan hati nurani inilah yang harus dipertahankan oleh rakyat dalam menghadapi rasa takut elite yang berlebihan akan kehilangan kekuasaan. Tidak perlu ikut-ikutan joget. >>

Bagikan Artikel Ini
img-content
dian basuki

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terkini di Catatan Dari Palmerah

img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Catatan Dari Palmerah

Lihat semua