Ustad Yusuf Mansur tiba di kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jakarta, (22/7). Pemanggilan yang dilakukan OJK terhadap Yusuf Mansur terkait bisnis investasi Patungan Usaha dan Patungan Aset yang telah mengelola uang sampai Rp 500 miliar. TEMPO/Imam
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Benar Salah Yusuf Mansur
Saran saya, kalau mau berdakwah, fokus saja dengan dakwah. Jadilah penceramah saja, sampaikan kebenaran.
Dibaca : 27.075 kali
Benar Salah Yusuf Mansur
Dia mengajak orang untuk sedekah, itu baik saja, karena Rasul memang mengajarkan hal itu. Tapi dia mengajarkan untuk sedekah sambil berharap Allah akan memberikan harta lebih banyak. Kalau diterjemahkan secara kasar, seakan Allah itu hendak "dikunci" dengan sedekah kita, sampai Dia tak punya lagi pilihan selain mengabulkan doa kita. Ini kontroversial. Saya tidak setuju pada ajaran ini, tapi sulit bagi saya untuk tegas-tegas menyatakan ini salah. Jadi, biarlah saya berbeda dengan Yusuf Mansur.
Beberapa kali saya mendengar cerita, ada orang yang sedekah sampai habis-habisan, karena diprovokasi dengan ajaran bahwa sedekah dia akan dibalas lebih banyak oleh Allah. Bahkan sampai ada orang yang sebenarnya hampir bangkrut, tetap disuruh sedekah sampai ia bangkrut. Saya tidak pernah mengkonfirmasi cerita ini. Saya hanya bisa berkata, kalau itu fakta, maka saya harus dengan tegas mengatakan bahwa ini ajaran sesat. Tuntunan Quran adalah,"Janganlah kau jadikan tanganmu mencekik lehermu (pelit), jangan pula kau ulurkan seluas-luasnya (boros)....." Jelas sekali Quran melarang perilaku berlebihan, termasuk dalam hal bersedekah.
BACA:http://indonesiana.tempo.co/read/77322/2016/06/08/h.abdurakhman/sedekah
Yusuf Mansur mencampur adukkan sedekah dengan investasi. Dari sisi prinsip ini sudah salah. Sedekah dan investasi adalah 2 hal yang berbeda. Investasi berharap kembali, sedekah justru sebaliknya. Pencampuran ini rawan penipuan. Pengelola bisnis bisa dengan enteng menggagalkan investasi kemudian mengatakan,"Sudahlah, anggap saja ini sedekah."
Lebih penting lagi, kegiatan itu melanggar hukum. OJK sudah menegur. Anehnya OJK cuma menegur, bukan menghukum. Bagaimana kesudahan uang yang sudah terlanjur terkumpul, juga tidak jelas. Waktu hal ini saya kritik, ada penggemar Yusuf Mansur yang marah. "Yang punya uang aja nggak ribut, kok kamu yang ribut?" Kasus pelanggaran hukum adalah wilayah publik, bukan sekedar wilayah antara pelaku dan korban. Bila ada anggota masyarakat dirugikan kita boleh mempermasalahkannya, walau kita sendiri tidak dirugikan. Banyak yang tidak paham prinsip ini.
Yusuf Mansur juga punya beberapa bisnis, atau mungkin saja itu bisnis orang lain yang sekedar memajang namanya untuk kepentingan pemasaran. Bisnis-bisnis ini sejauh yang saya amati, tidak ada hubungannya dengan Islam atau sedekah. Semata bisnis biasa. Wujudnya cenderung spekulatif, salah-salah merugikan orang. Bisnis ini bukan bisnis unik Yusuf Mansur. Ada banyak yang menjalankan bisnis ini, dengan berbagai produk. Ada yang sampai menyewa slot acara TV untuk mempromosikannya.
VSI yang memakai nama Yusuf Mansur itu adalah bisnis sejenis MLM. Orang membeli "paket" yang memungkinkan ia masuk ke jaringan bisnis itu. Paketnya berupa aplikasi HP, dan fee yang sebenarnya tidak transparan. Setelah masuk, orang bisa menjual pulsa HP, token listrik, tiket kereta, dan lain-lain. Bisnis sejenis yang ditawarkan di TV menjual sistem bisnis agen perjalanan.
Kerawanan bisnis macam ini adalah pengelola sudah meraup untung dari penjualan sistem, sementara peserta (pembeli sistem) belum jelas akan mendapat apa. Prediksi saya banyak yang gagal dalam bisnis ini. Itu artinya pengelola sebenarnya menjual produk kosong atau bodong. Keuntungan pengelolanya mirip dengan uang yang diraup oleh operator telepon dari sisa pulsa yang tak terpakai. Nilai satuannya kecil tapi jumlahnya raksasa, sehingga akumulasinya raksasa.
Masalah kehadiran Yusuf Mansur di sini adalah soal konflik kepentingan. Ia adalah sosok yang dikenal sebagai ustaz, ulama, orang percaya apapun yang keluar dari dia adalah Islam dan kebenaran. Padahal produk bisnis ini sama sekali tidak ada hubungan dengan Islam, juga belum tentu benar. Kasarnya, ini menjual Islam.
BACA: http://indonesiana.tempo.co/read/77432/2016/06/08/mansurhati/yusuf-mansur-saya-ubaru
Saran saya, kalau mau berdakwah, fokus saja dengan dakwah. Jadilah penceramah saja, sampaikan kebenaran. Soal bisnis biarlah diurus oleh orang lain. Kalau mau berbisnis, ya berbisnis saja. Campur aduk antara dakwah dan bisnis, khususnya dalam bisnis jasa keuangan, sangat rawan manipulasi. Saya tidak berani bilang haram, tapi kalau subhat, rasanya sudah jelas.
Baca juga:
Ini 9 Fakta di Balik Pembunuhan Keji Eno Farihah
Tinju Muhammad Ali dan Politik Kita
Kemal Idris, Jenderal yang Mengarahkan Meriam ke Istana
Ikuti tulisan menarik hasanudin abdurakhman lainnya di sini.
Suka dengan apa yang Anda baca?
Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.
3 jam lalu

Dualisme Penerbitan Sertifikasi Wartawan antara Dewan Pers dengan LSP Pres Indonesia
Dibaca : 63 kali
17 jam lalu

Pidato Kebudayaan Profesor Salim Said pada Hari Sastra Indonesia 2022
Dibaca : 168 kali
18 jam lalu

Memahami Konsepsi Toleransi ala Gus Dur di Tengah Gempuran Intoleransi
Dibaca : 121 kali
2 hari lalu

Novela Seno Gumira Ajidarma: Suara Hati Seorang Pelacur
Dibaca : 2.125 kali
4 hari lalu

Apresiasi juga Dengki Iringi Kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia
Dibaca : 974 kali
4 hari lalu

Pendidikan Jarak Jauh Ketlisut dan Raib dari Draft RUU Sisdiknas?
Dibaca : 730 kali
Kamis, 30 Juni 2022 09:09 WIB

Timnas Israel Ikut Piala Dunia U-20 pada 2023, Apa Sikap Indonesia Sebagai Tuan Rumah?
Dibaca : 602 kali
1 hari lalu

Penguatan Profil Pelajar Pancasila melalui Projek dalam Kurikulum Merdeka
Dibaca : 476 kali
5 hari lalu
